Tak Mampu Tembus Zona Hijau, Hari Ini Saham GOTO Ambruk 3 Persen Lebih
Pergerakan saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) sepanjang perdagangan Senin (31/5/2022), sama sekali tidak menyentuh zoha hijau.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pergerakan saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) sepanjang perdagangan Senin (31/5/2022), sama sekali tidak menyentuh zoha hijau.
Mengutip data RTI, saham GOTO ditutup anjlok 3,18 persen atau 10 poin ke level Rp 304 per saham, di mana bergerak pada rentang Rp 300 sampai Rp 314 per saham.
Saham sektor teknologi tersebut diperdagangkan dengan nilai transaksi mencapai Rp 635,55 miliar yang melibatkan 2,07 miliar lembar saham.
Baca juga: Usai Laporkan Kinerja Keuangan, Saham GOTO Kini Anjlok Hingga 2 Persen Lebih
Saat awal perdagangan hari ini, saham GOTO dibuka stagnan di level Rp 314 per saham, dan tidak mampu menembus zona hijau.
Sebelumnya, Analis PT Kanaka Hita Solvera (KHS) Andhika Cipta Labora menyebut, apabila laporan keuangan GOTO tidak sesuai dengan harapan para investor, maka akan menyebabkan sahamnya tertekan.
Rawannya tekanan terhadap saham GOTO, kata Andhika, juga disebabkan adanya aksi ambil untung dari pelaku pasar.
"Pergerakan saham GOTO sudah naik banyak selama dua minggu ini, dan sudah rawan aksi profit taking," ucap Andhika.
Kemarin, manajemen GOTO mengumumkan laporan kinerja keuangan pada kuartal I 2022.
Mengutip laporan keuangan GOTO hingga 31 Maret 2022 yang tidak diaudit, rugi bersih pada kuartal I 2022 meningkat jadi Rp 6,47 triliun dari kerugian periode yang sama tahun sebelumnya Rp 1,81 triliun.
Sementara untuk pendapatan GOTO selama tiga bulan tahun ini, naik 65,48 persen menjadi Rp 1,49 triliun dari sebelumnya Rp 904,83 miliar.
Baca juga: Sesi I Perdagangan Hari Ini Saham GOTO Ditutup Merosot, Sempat Anjlok 4 Persen
Namun, sejumlah beban keuangan perseroan melonjak signifikan seperti beban pokok pendapatan dari Rp 693,14 miliar menjadi Rp 1,21 triliun.
Beban penjualan dan pemasaran tercatat naik menjadi Rp 3,30 triliun dari tahun sebelumnya Rp 431,49 miliar.
Kemudian, beban umum dan administrasi naik dari Rp 697,33 miliar menjadi Rp 2,58 triliun.