Konsumsi Rokok Terus Meroket, Ekonom Faisal Basri Pertanyakan Visi SDM Unggul Indonesia Maju
Statista menempatkan Indonesia negara keempat dengan preferensi merokok tertinggi di dunia pada 2020.
Editor: Choirul Arifin
“Yang dilakukan Kementerian Sekretariat Negara jelas, Istana itu menempatkan rokok sebagai salah satu campionnya investasi, Jadi demi investasi rokok, tidak boleh dikutik kutik tidak boleh dimusuhi. Sudah cukup yang sekarang ini, jadi dosisnya jangan ditambah,” ujar Faisal.
“Sementara revisi PP ini wujudkan apa yang kita perjuangkan bersama bahwa rokok adalah zat aditif dan oleh karena itu konsumsinya harus dikendalikan. Dan standarnya harus diperketat. Dan sampai sekarang sampai detik ini kita kalah.”
Faisal menekankan perlunya konsensus baru. Di dalamnya, katanya, dapat merinci permasalahan seputar rokok.
“Semua yang disampaikan itu bisa saya buktikan salahnya. Jadi kita bisa patshkan argumen itu satu demi satu,” tuturnya.
Untuk diketahui, sebuah survei yang dilakukan Global Adults Tobacco Survey (GATS) menunjukkan, jumlah perokok dewasa meningkat hingga 8,8 juta jiwa dalam sepuluh tahun terakhir.
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan meski survei memperlihatkan adanya penurunan, namun jumlah perokok dewasa justru ditemukan meningkat. Sebanyak 60,3 juta perokok dewasa pada 2011, meningkat menjadi 69,1 juta perokok dewasa pada 2021.
"Secara keseluruhan, Indonesia dalam 10 tahun terakhir memang mengalami penurunan jumlah perokok, tapi sayangnya untuk perokok dewasa malah terus meningkat," kata Dante dalam acara Peluncuran Data Hasil Survei GATS dalam Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia, Selasa (31/5/2022).
Dari data yang ditemukan, GATS menunjukan total jumlah perokok di Indonesia pada 2021 selama survei dilakukan sebanyak 70 juta atau 34,5 persen dari total keseluruhan penduduk. Rata-rata penduduk Indonesia yang merokok tembakau adalah laki-laki.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.