Dampak Perang, Harga Pangan dan Energi pada Mei 2022 Masih Tinggi, Airlangga: Inflasi RI Terkendali
Badan Pusat Statistik (BPS) melihat masih ada peningkatan harga bahan pangan dan harga energi.imbas perang Rusia Vs Ukraina
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Konflik Rusia dan Ukraina yang berkepanjangan berimbas pada peningkatan harga bahan pangan dan harga energi.
Badan Pusat Statistik (BPS) melihat masih ada peningkatan harga bahan pangan dan harga energi sehubungan dengan eskalasi perang antara Rusia dan Ukraina. Alhasil, tekanan inflasi masih terlihat pada Mei 2022.
“Tren kenaikan harga pangan dan energi ini bahkan sudah terjadi sejak awal tahun 2022. Memang hanya dipicu oleh krisis Rusia dan Ukraina yang kemudian mengganggu suplai. Ini kemudian mempengaruhi kondisi global,” tutur Kepala BPS Margo Yuwono dalam paparan terkait inflasi Mei 2022, Kamis (2/6) secara daring.
Margo merinci, inflasi komponen bahan makanan pada Mei 2022 sebesar 0,92 % mom. Bila dibandingkan dengan Mei 2021, bahan pangan pada periode tahun ini mengalami inflasi hingga 5,93 % yoy. Komponen ini memberi andil pada inflasi Mei 2022 sebesar 0,17 % .
Baca juga: Tinjau Lahan Sorgum di Sumba Timur, Presiden Jokowi Ingin Ada Diversifikasi Pangan
Peningkatan harga bahan pangan di Indonesia ini didorong oleh berbagai kebijakan yang diambil oleh negara-negara mitra dagang dalam menghadapi perang Rusia dan Ukraina.
Menurut BPS, ada beberapa negara yang menerapkan pembatasan ekspor pangan dan pupuk.
Seperti contohnya negara Ukraina, Turki, Argentina, India, dan Malaysia membatasi ekspor pangan. Sedangkan negara China, Vietnam, dan Pakistan membatasi ekspor pupuk. Sementara itu, Rusia bahkan membatasi ekspor keduanya.
Baca juga: Masalah Pangan Dunia Bisa Bikin Indonesia Dijajah Lagi? Megawati: Bukan Tak Mungkin
Ketegangan geopolitik dan kebijakan negara-negara dalam merespons, kemudian membawa dampak pada peningkatan sejumlah bahan pangan di dalam negeri.
Beberapa komoditas seperti telur ayam ras, tepung terigu, daging sapi, dan mie kering instan sudah nampak mengalami peningkatan harga pada Mei 2022.
“Namun, peningkatan harga ini masih terlihat di level perdagangan besar. Belum sepenuhnya diteruskan kepada konsumen. Jadi kita sudah mulai melihat dampaknya,” jelas Margo.
Sedangkan komponen energi memberi andil pada inflasi Mei 2022 sebesar 0,01 % . Dengan sumbangan tersebut, komponen energi mencatat inflasi sebesar 0,04 % mom pada Mei 2022. Dan bila dibandingkan dengan Mei 2021, terjadi inflasi sebesar 4,18 % yoy.
Margo menyebut, peningkatan harga komponen energi ini tak setinggi pada April 2022. Pasalnya, pada April 2022 lalu, pemerintah memutuskan untuk mengerek harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax sehingga pengaruh signifikan nampak pada bulan April 2022 dan tidak pada bulan Mei 2022.
Namun, Margo mengapresiasi langkah pemerintah untuk tidak menaikkan harga BBM secara signifikan. Pasalnya, bila harga BBM dilepas mengikuti harga pasar, ditakutkan akan terjadi lonjakan inflasi yang kemudian merembet ke seluruh sektor.
Menko Airlangga: Inflasi Indonesia Masih Terkendali
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pencapaian inflasi Indonesia masih terkendali di tengah tren peningkatan inflasi yang terjadi di berbagai negara.
Realisasi inflasi pada Mei 2022 tercatat sebesar 3,55 persen (year on year/yoy), sedikit meningkat jika dibanding bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,47 persen (yoy).
Namun angka tersebut tetap berada dalam rentang sasaran inflasi yang telah ditetapkan sebesar 3±1 persen (yoy).
“Inflasi Indonesia masih terkendali di tengah tren peningkatan inflasi yang masih terjadi di berbagai negara,” ucap Menko Airlangga, Kamis (2/6/2022).
“Seperti Uni Eropa saat ini inflasinya tercatat sebesar 8,1 persen (yoy) pada Mei 2022. Kemudian India, Korea Selatan dan Inggris yang realisasi inflasinya masing-masing tercatat sebesar 7,79 persen (yoy), 4,8 persen (yoy) dan 9 persen (yoy) pada April 2022. Bahkan inflasi Rusia mencapai 17,83 persen (yoy),” sambungnya.
Baca juga: Pujian Surya Paloh kepada Erick Thohir Sinyal Dukungan Maju Pilpres 2024?
Secara bulanan, pada Mei tercatat inflasi sebesar 0,40 persen (mtm), menurun dibanding bulan April yang mencapai 0,95 persen (month to month/mtm).
Capaian inflasi Mei dipengaruhi oleh pergerakan dari seluruh komponen.
Inflasi komponen Volatile Food (VF) tercatat sebesar 0,94 persen (mtm) atau 6,05 persen (yoy) terutama disumbang oleh kenaikan harga telur ayam ras dan bawang merah.
Kenaikan harga telur ayam ras saat ini disebabkan oleh tingginya biaya produksi yang berasal dari harga pakan dan masih tingginya permintaan masyarakat.
Airlangga juga mengatakan, hal ini menunjukkan permintaan masyarakat yang tetap kuat pasca momen hari besar keagamaan dan nasional (HBKN) Ramadhan dan Idul Fitri.
Sementara berdasarkan komoditas penyumbangnya, inflasi inti pada Mei dipengaruhi oleh kenaikan harga ikan segar, nasi dengan lauk, dan roti manis.
Secara umum, dampak dari kenaikan harga komoditas global terhadap inflasi IHK saat ini masih terbatas.
Namun jika diperhatikan lebih lanjut, transmisi dari kenaikan harga pangan global pada Mei 2022 sudah terlihat pada inflasi Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB).
IHPB Mei tercatat sebesar 0,33 persen (mtm) atau 4,23 persen dengan andil penyumbang terbesar yaitu sektor industri (0,31 persen).
Andil sektor industri antara lain disumbang dari kenaikan komoditas tepung terigu dan mie kering instan, seiring kenaikan harga gandum global.
“Pemerintah akan terus memonitor dan mencermati rambatan dari tekanan eksternal, terutama kenaikan harga komoditas global yang ditransmisikan dalam bentuk kenaikan harga dan inflasi domestik,” pungkas Menko Airlangga.
Presiden Jokowi Sebut Krisis Pangan Dunia Sudah Mulai Terlihat
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa lembaga pangan dunia FAO telah mengeluarkan peringatan akan adanya ancaman krisis pangan di dunia.
Menurut presiden krisis pangan tersebut saat ini sudah terlihat yang ditandai dengan kenaikan harga pangan di dunia.
“Peringatan juga diberikan oleh PBB, bahwa dunIa saat ini dan yang akan datang akan mengalami krisis pangan, dan ini sudah kelihatan, sekarang ini harga harga pangan dunia semuanya naik,” kata Jokowi saat meninjau lahan Sorghum di Sumba Timur, NTT, Kamis, (2/6/2022).
Baca juga: Dampak Inflasi dan Perang Ukraina, Pertumbuhan Ekonomi India Berada di Level Terendah
Oleh karena itu kata Presiden, perlu ada rencana besar untuk menghadapi ancaman krisis pangan tersebut.
Di antaranya dengan melakukan diversifikasi pangan agar tidak bergantung pada satu komoditas pangan saja.
“Kita ingin banyak alternatif-alternatif banyak pilihan-pilihan yang bisa kita kerjakan di negara kita, diversifikasi pangan, alternatif alternatif bahan pangan, tidak hanya tergantung pada beras karena kita memiliki jagung , memiliki sagu dan juga sebetulnya tanaman lama kita Sorghum,” katanya.
Tanaman-tanaman pangan tersebut harus dikembangkan sesuai dengan kecocokan kondisi lahan.
Seperti misalnya Sorghum yang cocok atau berhasil ditanam di NTT dibandingkan tanaman pangan lainnya.
“Sudah dicoba di Kabupaten Sumba Timur seluas 60 hektar dan kita melihat sendiri hasilnya seperti yang tadi kita lihat sangat baik,” katanya.
Dengan memiliki pangan yang beragam maka ketergantungan akan impor di tengah krisis pangan akan berkurang.
Justru sebaliknya jika stok pangan berlebih maka bahan pangan tersebut dapat di ekspor.
“Kalau memang kita berlebih, ada stok, ya engga apa apa, justru ini yang ingin kita ekspor dan akan menghasilkan devisa bagi negara,” tuturnya.
Tinjau Lahan Sorgum di Sumba Timur, Presiden Jokowi Ingin Ada Diversifikasi Pangan
Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi Iriana Jokowi meninjau lahan dan pabrik pengolahan Sorgum di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, Kamis, (2/6/2022).
Presiden dan Iriana mencoba membajak lahan yang akan ditanami Sorgum dengan traktor.
Presiden juga tampak masuk ke lahan yang sudah ditanami, melihat Sorgum yang sudah tumbuh.
Sorgum kata presiden merupakan tanaman pangan alternatif yang saat ini penting dalam menghadapi ancaman krisis pangan dunia.
Presiden mengatakan harus ada rencana besar dalam menghadapi ancaman krisis pangan tersebut karena lembaga pangan dunia FAO, telah mengeluarkan peringatan akan adanya potensi krisis pangan di dunia.
“Dan ini sudah keliatan sekarang ini harga harga pangan dunia semuanya naik,” kata Jokowi.
Presiden mengatakan rencana besar untuk mengantisipasi ancaman krisis pangan tersebut di antaranya dengan diversifikasi pangan agar tidak terlalu bergantung pada satu jenis pangan yakni beras.
“Kita ingin banyak alternatif-alternatif banyak pilihan-pilihan yang bisa kita kerjakan di negara kita, diversifikasi pangan, alternatif alternatif bahan pangan, tidak hanya tergantung pada beras,” katanya.
Alternatif bahan pangan tersebut yakni jagung, gandum, dan Sorgum. Pangan Sorgum sendiri sudah dicoba di NTT dan sangat berhasil dibandingkan Jagung.
“Sorgum ini sudah dicoba di Kabupaten Sumba Timur seluas 60 hektar,” katanya.
sebagian artikel ini sudah tayang di Kontan dengan judul Harga Pangan dan Energi Masih Naik Pada Mei 2022, Terimbas Perang Rusia-Ukraina