Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Sri Mulyani Ingatkan Risiko Inflasi dan Rupiah, Ekses Pengetatan Suku Bunga oleh Bank Sentral AS

Dampak pengetatan suku bunga itu akan berpengaruh terhadap inflasi dan juga nilai tukar, termasuk rupiah.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Sri Mulyani Ingatkan Risiko Inflasi dan Rupiah, Ekses Pengetatan Suku Bunga oleh Bank Sentral AS
Tribunnews/HO/Biro Pers Setpres/Muchlis Jr
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan, pengetatan kebijakan suku bunga bank sentral di Amerika Serikat dilakukan begitu cepat dan dengan kenaikan tinggi akank berdampak terhadap melemahnya ekonomi global karena imbasnya akan menimpa banyak negara.

'Sri Mulyani mengatakan, dampak pengetatan suku bunga itu akan berpengaruh terhadap inflasi dan juga nilai tukar, termasuk rupiah. Secara teknis mengenai masalah pertumbuhan dan tantangan global, semuanya sependapat bahwa persoalan inflasi di dunia saat ini kontribusi dari sisi produksi itu lebih dominan dibandingkan permintaan," ujarnya, Rabu (8/6/2022).

Implikasi dari hal tersebut yakni kalau penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter terlalu cepat atau ketat yang tujuannya mempengaruhi sisi permintaan, sebetulnya tidak menyelesaikan masalah dari sisi produksi.

"Kan persoalan awalnya adalah dari sisi produksi, yaitu produksinya terkena disrupsi akibat perang maupun karena waktu itu pandemi," kata Sri Mulyani.

Baca juga: Bank Dunia Ingatkan Resesi Kali Ini Akan Sulit Dihindari oleh Banyak Negara

Dia menilai ketidakseimbangan antara produksi dan permintaan ini akan menjadi satu tema terus-menerus, dalam pembahasan di forum ekonomi dunia dari sekarang hingga 2023.

"Dinamika antara permintaan dan supply, serta instrumen mana yang dianggap paling pas, paling tepat untuk bisa menyelesaikan potensi kemungkinan terjadi stagflasi."

"Dengan catatan, tanpa menimbulkan risiko ekonomi yang sangat besar ini yang akan menjadi tema di dalam kebijakan makro dan mikro, bahkan ke sektoral," kata Sri Mulyani.'

Baca juga: Miliarder George Soros: Resesi Sudah di Depan Mata

Berita Rekomendasi

Kendati demikian, dia tetap optimis bahwa pada tahun 2023, momentum pemulihan ekonomi akan tetap bisa berjalan.

Di sisi lain, Sri Mulyani melihat adanya risiko baru yang muncul dari pembahasan ekonomi dalam forum Islamic Development Bank, yakni inflasi.

"Dari pertemuan kami di Islamic Development Bank, memang pembahasan mengenai risiko global itu dirasakan betul, dan menjadi bahan pembahasan dalam meja diskusi. Di mana, kita membahas mengenai munculnya risiko, terutama dari sisi kenaikan inflasi," ujarnya.

Baca juga: Situasi Terkini Ekonomi AS Menuju Resesi, Biden Bisa Kehilangan Dukungan

Sri Mulyani menjelaskan, kenaikan harga-harga komoditas energi dan pangan akan menyebabkan pengetatan dari kebijakan moneter.

"Mungkin kami sampaikan di dalam forum ini, diskusi yang muncul itu adalah menyangkut seberapa cepat dan seberapa ketat kebijakan moneter untuk menangani inflasi, yang akan berdampak pada pelemahan dari sisi produksi," katanya.

Menurutnya, hal ini yang akan terus menjadi bahan pembahasan pada level kebijakan makro di semua forum dunia.

"Ini akan terus jadi pembahasan kalau kita bicara mengenai forum ekonomi dan keuangan. Termasuk, mungkin kita prediksi nanti di dalam pertemuan G20 juga ini akan muncul," pungkas Sri Mulyani.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas