Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Inflasi AS Sentuh Rekor Tertinggi dalam 40 Tahun, Harga Bensin Semakin Mahal, Joe Biden Pusing

Amerika Serikat (AS) mengalami inflasi tertinggi dalam 40 tahun dengan harga-harga naik lebih cepat dari perkiraan bulan lalu

Editor: Sanusi
zoom-in Inflasi AS Sentuh Rekor Tertinggi dalam 40 Tahun, Harga Bensin Semakin Mahal, Joe Biden Pusing
Stefani Reynolds / AFP
Amerika Serikat (AS) mengalami inflasi tertinggi dalam 40 tahun dengan harga-harga naik lebih cepat dari perkiraan bulan lalu, terdorong karena kenaikan biaya energi dan makanan.harga bensin yang makin mahal juga membuat pusing bagi Presiden AS Joe Biden dan kongres Demokrat 

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON DC - Inflasi Amerika Serikat (AS) pada Mei 2022 melonjak ke angka 8,6 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

Amerika Serikat (AS) mengalami inflasi tertinggi dalam 40 tahun dengan harga-harga naik lebih cepat dari perkiraan bulan lalu, terdorong karena kenaikan biaya energi dan makanan.

Tingkat inflasi tahunan naik menjadi 8,6 persen di Mei (tingkat tertinggi sejak 1981), kata Departemen Tenaga Kerja, setelah turun di April sebagaimana dilansir BBC pada Sabtu (11/6/2022).

Meningkatnya biaya hidup telah menekan rumah tangga dan memberi tekanan pada pembuat kebijakan untuk mengendalikan masalah ini.

Baca juga: Inflasi Sentuh Rekor Tertinggi, Joe Biden Ingatkan Inflasi AS Bisa Bertahan untuk Sementara Waktu

Bank sentral AS telah menaikkan suku bunga sejak Maret.

Analis berharap bahwa langkah tersebut mulai bekerja untuk mendinginkan aktivitas ekonomi dan mengurangi tekanan harga.

Namun invasi Rusia ke Ukraina telah membuat penanganan masalah menjadi lebih sulit. Konflik di wilayah Eropa itu mendorong naik harga minyak dan komoditas seperti gandum, karena mengganggu ekspor dari kedua negara.

Berita Rekomendasi

Harga makanan naik lebih dari 10 persen bulan lalu dibandingkan dengan Mei 2021, sementara harga energi di AS melonjak lebih dari 34 persen dalam sebulan.

Baca juga: Laju Inflasi Rusia Melambat Jadi 17,1 Persen di Mei

Tetapi laporan Jumat (10/6/2022) menunjukkan kenaikan terus menyebar ke seluruh perekonomian, mendorong lonjakan biaya untuk berbagai macam hal mulai dari tiket pesawat dan pakaian hingga layanan medis.

"Begitu banyak gagasan menunjukkan inflasi mencapai puncaknya. Harga konsumen melampaui ekspektasi sebelumnya - dan tidak dalam kondisi yang baik mengingat kenaikan tahunan 8,6 persen tercepat dalam lebih dari 40 tahun," kata Greg McBride, kepala analis keuangan di Bankrate.com kepada BBC.

"Lebih buruk lagi, kenaikannya hampir ada di mana-mana. Tidak ada tempat untuk bersembunyi."

AS telah bergulat dengan kenaikan harga sejak tahun lalu, ketika ekonomi berbalik menguat secara tak terduga dari guncangan pandemi.

Kondisi itu didorong oleh pengeluaran pemerintah AS yang besar. Termasuk untuk bantuan langsung ke rumah tangga - membanjiri pasokan, mendorong perusahaan untuk menaikkan harga.

Meski demikian, jajak pendapat menunjukkan mayoritas orang AS melihat inflasi sebagai masalah utama yang dihadapi negara.

Sentimen konsumen telah jatuh dan peringkat persetujuan Presiden AS Joe Biden merosot karena Partai Republik mengkritiknya atas masalah ini.

Selama sebulan, harga naik 1 persen, didorong oleh kenaikan harga bensin di AS, yang telah mencapai rekor baru di AS, mendekati rata-rata hampir 5 dollar AS per galon atau hampir Rp 20.000 per-liter.

Dalam dengar pendapat di Washington minggu ini, Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan menurunkan harga adalah "prioritas nomor satu".

Dalam sebuah pernyataan, Biden mengatakan "kita harus berbuat lebih banyak - dan dengan cepat - untuk menurunkan harga di sini di Amerika Serikat".

"Saya melakukan segala daya untuk menumpulkan kenaikan harga Putin, dan menurunkan biaya minyak dan makanan," Presiden ke-46 AS itu berjanji pada pidato di Port of Los Angeles di California.

Ancaman resesi

Perang Rusia-Ukraina dan lockdown Covid-19 di China musim semi ini, disebut-sebut menyebarkan masalah perekonomian ke seluruh dunia.

Dengan Presiden Bank Dunia David Malpass memperingatkan bahwa pertumbuhan di banyak negara berisiko mengalami penurunan tajam. Sebab, kenaikan biaya menghantam daya beli rumah tangga dan mendorong mundurnya pengeluaran.

"Perang di Ukraina, lockdown di China, gangguan rantai pasokan, dan risiko stagflasi memukul pertumbuhan. Bagi banyak negara, resesi akan sulit dihindari," kata Malpass minggu ini.

Pasar saham AS jatuh setelah laporan inflasi ini, dengan ketiga indeks utama turun lebih dari 2 persen. Penurunan tersebut memperpanjang penurunan saham AS, karena investor menjadi gugup tentang kondisi perekonomian kedepannya.

"Bahkan jika inflasi segera mencapai puncaknya, itu tidak mungkin melambat dengan cepat." kata Richard Flynn, direktur pelaksana Charles Schwab UK.

"Harga yang tinggi dapat memberikan tekanan pada belanja konsumen dalam jangka menengah.

"Tambahkan masalah rantai pasokan yang sedang berlangsung dan dampak ekonomi dari invasi Rusia ke Ukraina terhadap ancaman inflasi, mudah untuk melihat mengapa kekhawatiran penurunan (ekonomi) meningkat dengan cepat."

Untuk saat ini, pasar tenaga kerja AS terus menambah lapangan kerja, sebuah tanda bahwa pertumbuhan masih berlanjut.

Tetapi upah tidak sejalan dengan kenaikan harga.

Baca juga: BI Prediksi Inflasi Juni di Kisaran 0,32 Persen, Cabai Merah hingga Telur Ayam Jadi Penyumbang Utama

Meningkatnya biaya hidup terutama melanda rumah tangga berpenghasilan rendah, yang bagian besar dari pengeluaran digunakan untuk kebutuhan dasarnya seperti makanan dan energi.

Biden Pusing

Mengutip Reuters, Sabtu (11/6), harga bensin yang makin mahal juga membuat pusing bagi Presiden AS Joe Biden dan kongres Demokrat. Pasalnya, mereka berjuang untuk mempertahankan kendali atas kongres dengan pemilihan paruh waktu bakal digelar bulan November mendatang.

Padahal, Biden juga telah menebar sinyal telah menarik banyak kendali untuk menurunkan harga, termasuk melepas cadangan strategis minyak AS untuk mengatasi lonjakan harga bensin saat musim panas. Biden juga telah minta negara-negara OPEC utama untuk meningkatkan outputnya.

Hanya saja, harga bahan bakar telah melonjak di seluruh dunia karena kombinasi naiknya permintaan serta sanksi terhadap produsen minyak Rusia setelah invasinya ke Ukraina dan tekanan pada kapasitas penyulingan. Hanya saja, permintaan yang mendaki hanya beberapa poin persentase di bawah tingkat pra-pandemi menyulut harga bensin.

Namun para ekonom memperkirakan, permintaan ada kemungkinan akan menurun jika harga tetap di atas US$ 5 per barel "Level harga bensin yang bertahan US$5 bisa menyururkan permintaan bensin," sebut Reid L'Anson, ekonom senior di Kpler.

Meski begitu, pengeluaran konsumen ditaksir masih tetap kuat meski di tengah tekanan inflasi di level tertinggi dalam lebih dari empat dekade. Ini lantaran rumah tangga AS mendapat dukungan program bantuan pandemi. Lalu, pasar tenaga kerja yang ketat juga telah memicu kenaikan upah, terutama bagi pekerja berpenghasilan rendah.

Baca juga: Sri Mulyani Ingatkan Risiko Inflasi dan Rupiah, Ekses Pengetatan Suku Bunga oleh Bank Sentral AS

Jika warga AS harus berhadapa dengan harga bensin yang tinggi, kenaikan harga diperkirakan akan membuat perusahaan raksasa migas (minyak dan gas) membukukan keuntungan besar.

Shell melaporkan rekor kinerja kuartal pada bulan Mei. Lalu Chevron Corp dan BP telah membukukan angka terbaik mereka dalam satu dekade.

Perusahaan besar lainnya, termasuk Exxon Mobil dan TotalEnergies, serta operator independen A.S., melaporkan kinerja bagus yang mendorong pembelian kembali atau buy back saham mereka serta membagikan dividen.

Banyak perusahaan yang menyebut, saat ini mereka menghindari investasi berlebihan untuk meningkatkan output karena keinginan investor untuk menahan pengeluaran meski harga minyak mentah di atas US$ 100 per barel selama berbulan-bulan.

Perusahaan penyulingan minyak mentah kini berjuang untuk meningkatkan produksi karena persediaan yang berkurang, terutama di Pantai Timur AS. Ini mencerminkan adanya ekspor ke Eropa yang tengah berupaya menghilangkan ketergantungan terhadap minyak Rusia.

Saat ini, perusahaan penyulingan minyak mentah menggunakan sekitar 94 % dari kapasitas mereka, meski secara keseluruhan kapasitas penyulingan AS telah turun lantaran lima pabrik pengolahan minyak ditutup selama pandemi.

Kata para analis, kondisi itu telah membuat Amerika Serikat secara struktural kekurangan kapasitas pemurnian untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade.

artikel ini sudah tayang di Kompas.com dengan judul AS Alami Rekor Inflasi Tertinggi dalam 40 Tahun, Harga Bensin Mendekati Rp 20.000 Per Liter

sebagian artikel ini sudah tayang di Kontan dengan judul Inflasi Harga Bensin di AS US$ 5 per Galon Bikin Pening Presiden Joe Biden

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas