Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Harga Minyak Naik, Kenaikan Suku Bunga AS Diperkirakan Ikut Membayangi

Inflasi yang melonjak menyebabkan investor dan pedagang minyak bersiap untuk menghadapi keputusan The Fed minggu ini

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Harga Minyak Naik, Kenaikan Suku Bunga AS Diperkirakan Ikut Membayangi
ETF Daily News
ILUSTRASI minyak mentah - Harga Minyak Naik, Kenaikan Suku Bunga AS Diperkirakan Ikut Membayangi 

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni

TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA - Harga minyak kembali naik hari ini Rabu (15/6/2022), di tengah kekhawatiran atas permintaan bahan bakar dan situasi ekonomi yang memanas menjelang kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve Amerika Serikat (AS).

Melansir dari Reuters, minyak mentah berjangka Brent untuk bulan Agustus naik 46 sen atau 0,4 persen, menjadi 121,63 dolar AS per barel pada pukul 06.42 GMT, setelah jatuh ke level 120,65 dolar AS per barel pada Selasa (14/6/2022) kemarin.

Minyak mentah West Texas Intermediate AS untuk bulan Juli naik 41 sen, atau 0,3 persen menjadi 119,34 dolar AS per barel, setelah mencapai level terendah pada Selasa kemarin yaitu sebesar 118,22 dolar AS per barel.

Baca juga: Meski Harga Minyak Mentah Tinggi, Para Investor Lebih Butuh Revisi UU Migas

Inflasi yang melonjak menyebabkan investor dan pedagang minyak bersiap untuk menghadapi keputusan The Fed minggu ini, yang diperkirakan akan menaikkan suku bunga hingga 75 basis poin.

"Sinyal hawkish yang agresif dari Fed (AS) dapat meningkatkan kekhawatiran resesi global, yang dapat mengurangi permintaan pasar energi," kata analis di perusahaan valuta asing DailyFX, Leona Liu.

Liu menambahkan, jika The Fed menaikkan suku bunga hingga 75 basis poin pada hari ini, kemungkinan harga minyak akan melemah terhadap nilai dolar AS dalam jangka pendek.

"Jika The Fed mengumumkan kenaikan 75 basis poin malam ini, harga minyak mungkin melemah terhadap dolar dalam jangka pendek karena Fed yang hawkish dapat mendorong investor mengalir ke dolar safe-haven dan memukul aset sensitif risiko seperti minyak," ujarnya.

Berita Rekomendasi

Di sisi lain, wabah Covid-19 di China, telah menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya kebijakan penguncian atau lockdown baru, juga memicu kehawatiran terhadap permintaan bahan bakar.

Dalam laporan bulanannya, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) memperkirakan permintaan pasokan minyak dunia akan meningkat pada tahun 2022.

Baca juga: The Fed Diprediksi Naikkan Lagi Suku Bunga, Begini Ramalan IHSG Sepekan ke Depan

"Secara keseluruhan, situasi penawaran/permintaan tetap terbatas pada pasokan, dan saya tidak dapat melihat kenyataan itu berubah sampai ekonomi dunia melambat tajam," kata analis pasar senior di perusahaan valuta asing OANDA, Jeffrey Halley.

Pasokan minyak dunia yang ketat, juga diperburuk oleh penurunan ekspor minyak dari Libya, di tengah krisis politik yang telah memukul output dan pelabuhannya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas