The Fed Bergoyang, Investor Senang
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, kenaikan ini tidak berhenti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pada akhirnya, spekulasi menjadi kenyataan, Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed resmi menaikkan tingkat suku bunga mereka sebanyak 75 basis poin (bps), dan ini merupakan kenaikkan terbesar sejak 1994 silam.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, kenaikan ini tidak berhenti sampai di situ saja.
"Tentu tidak, Powell mengatakan bahwa akan ada kenaikkan kembali dengan langkah yang cukup besar pada bulan depan. Ada kemungkinan 75 bps lagi pada bulan Juli, ataukah cukup dengan 50 bps, itu semua tergantung dengan data ekonomi yang masuk," ujar dia melalui risetnya berjudul "The Fed Bergoyang, Investor Senang", Kamis (16/6/2022).
Baca juga: Analis Prediksi Rupiah Ditutup Melemah Imbas Kenaikan Suku Bunga The Fed
Nico menilai mungkin The Fed pada akhirnya, mengakui bahwa dirinya tengah melakukan kesalahan, yaitu terlalu lambat mengantisipasi kenaikkan harga, yang menciptakan inflasi.
"Justru inflasi tidak bisa dikendalikan dan menjadi inflasi yang tertinggi dalam kurun waktu 40 tahun terakhir. Powell mengatakan bahwa kenaikkan tingkat suku bunga akan terjadi lebih banyak pada tahun ini, dan mungkin akan berakhir pada titik 3,4 persen pada Desember 2022 dan 3,8 persen pada akhir 2023 mendatang," katanya.
Proyeksi ini meningkat dari apa yang disampaikan oleh The Fed pada bulan Maret lalu yang hanya berkisar 1,9 persen pada 2022, dan 2,8 persen pada tahun 2023.
Sebelumnya Powell menyampaikan, bahwa kenaikkan 75 bps merupakan sesuatu yang luar biasa, karena ini sesuatu yang jarang terjadi.
Baca juga: The Fed Diprediksi Naikkan Lagi Suku Bunga, Begini Ramalan IHSG Sepekan ke Depan
Namun ada yang menarik dari kenaikkan tingkat suku bunga kali ini. Alih alih pasar bersedih tatkala The Fed menaikkan tingkat suku bunga, yang kita tahu dapat menyebabkan resesi, namun kali ini pasar justru terlihat bersorak sorai.
"Hal ini ditandai dengan kenaikkan bagi Dow Jones sebanyak 1 persen dan S&P 500 sebanyak 1,46 persen. Nasdaq sendiri mengalami kenaikkan hingga 2,5 persen," tutur Nico.
Pertanyaan selanjutnya muncul, ketika The Fed bergerak mengalami kenaikkan sebanyak ini, apakah resesi semakin berpeluang untuk terjadi atau tidak.
"Jawabannya adalah kita tunggu pada episode berikutnya ya, karena kertasnya sudah mau habis, kali ini Powell sudah bergerak, The Fed terlihat lebih optimis, namun satu hal yang pasti. Kita hanya bisa menunggu inflasi yang bergerak naik dapat berhenti atau tidak, namun setidaknya, kali ini pelaku pasar yakin, bahwa The Fed sudah tidak ragu lagi," pungkasnya.