Ini Tantangan yang Dihadapi Indonesia untuk Kembangkan Wisata Kesehatan
Layanan kesehatan untuk warga asing oleh industri kesehatan di negara-negara tersebut selama ini dikembangkan cukup serius dan dikemas
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setiap tahun, triliunan rupiah uang yang dimiliki orang-orang kaya Indonesia mengalir deras ke rumah sakit-rumah sakit di luar negeri untuk kebutuhan berobat.
Mayoritas negara tujuan masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri adalah Singapura, Malaysia dan beberapa negara lainnya.
Layanan kesehatan untuk warga asing oleh industri kesehatan di negara-negara tersebut selama ini dikembangkan cukup serius dan dikemas sebagai industri medical tourism (wisata kesehatan).
Hal itu menjadi tantangan bagi para pengelola rumah sakit di Tanah Air untuk mengembangkan wisata kesehatan di negeri sendiri demi menarik minat masyarakat luar negeri berobat di Indonesia.
Baca juga: Menparekraf Sandiaga Uno Lakukan Kunjungan ke Desa Wisata Pecinan Glodok
"Ada sekitar Rp 158 triliun dana yang dikeluarkan maayarakat Indonesia untuk berobat keluar negeri. Data ini pernah disampaikan Pak Luhut (Menko Marves Luhut Pandjaitan) di 2021. Ini menjadi tantangan bagi kita para pelaku industri kesehatan kenapa terjadi begitu," ujar dr Martha M.L Siahaan, MARS MHKes, Direktur RS Premier Bintaro.
Dokter Martha menyampaikan paparannya saat menjadi pembicara di Seminar Nasional Building World Class Medical Tourism Destination Hospital by Implementing End to End Digital Process yang diselenggarakan Ikatan Ahli Manajemen dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia (IAMARSI) PW Bali bekerja sama dengan Privy Identitas yang digelar secara hybrid, Sabtu (25/6/2022).
Dokter Martha menambahkan, banyak orang Indonesia berobat ke luar negeri antara lain karena berbagai faktor penghambat. Antara lain, informasi bahwa dokter di Indonesia yang suka tidak fokus berpraktik di satu rumah sakit sehingga membuat dokter menjadi sangat sibuk.
Faktor lainnya adalah ribetnya layanan pasien di rumah-rumah sakit di Indonesia. "Pasien mau daftar layanannya ribet," ujar dr Martha.
Baca juga: Wisata Kuliner Berkonsep Alam dan Spot Foto Baru di Bogor
Faktor penghambat berikutnya adalah adanya informasi bahwa biaya berobat di luar negeri lebih murah dari rumah sakit di dalam negeri.
"Berobat di luar negeri ada kepastian biaya yang harus dikeluarkan. Berobat di negeri sendiri biayanya mahal dan tidak ada kepastian harga," kata dia.
“Kalau saat ini masih ada masyarakat yang memilih berobat ke Penang (Malaysia) karena biayanya lebih murah, kita perlu menelaah bagaimana hal itu bisa terjadi. Apakah karena pajak alat kesehatan kita terlalu tinggi, atau ada sebab lain,” kata dr. Martha.
"Penyebab lainnya banyak orang Indonesia berobat ke luar negeri adalah isu pariwisata. Keluarga pasien sengaja mencari destinasi yang menarik dan unik sekaligus bisa mencari cinderamata yang menarik di luar negeri," bebernya.
Semua elemen di atas menurut dr Martha menjadi tantangan besar bagi pengelola rumah sakit di Indonesia untuk menjadikan dirinya sebagai rumah sakit rujukan untuk medical tourism.
Baca juga: Wisata Kuliner Berkonsep Alam dan Spot Foto Baru di Bogor