Larangan Impor Emas Rusia Tidak Cukup untuk Melemahkan Perekonomian Moskow
Larangan impor emas Rusia bertujuan untuk memutuskan Rusia dari sistem keuangan internasional dan menghukum Presiden Rusia dan oligarki Rusia.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Keputusan pada akhir pekan kemarin untuk melarang pembelian emas yang baru ditambang dan dimurnikan dari Rusia, merupakan upaya terbaru dari Amerika Serikat (AS), Inggris, dan sekutu mereka untuk meningkatkan gelombang sanksi pada Rusia, sebagai tanggapan atas invasi Moskow ke Ukraina.
Pengumuman tersebut dibuat saat Presiden AS, Joe Biden dan para pemimpin lain dari negara-negara Group of Seven (G7) mengadakan pertemuan di Jerman. Larangan impor emas Rusia bertujuan untuk memutuskan Rusia dari sistem keuangan internasional dan menghukum Presiden Rusia Vladimir Putin dan oligarki Rusia.
Larangan baru ini juga bertujuan untuk menghilangkan pendapatan tambahan yang diperoleh Rusia dari mengekspor emas, yang digunakan sebagai perhiasan dan untuk investasi. Pembelian emas untuk investasi melonjak setelah pandemi Covid-19 mulai menjungkirbalikkan ekonomi global. Bahkan bank sentral termasuk Federal Reserve AS telah membeli emas Rusia melalui perantara.
Baca juga: Sanksi Baru bagi Rusia: AS, Inggris, Jepang, Kanada akan Umumkan Larangan Impor Emas
Menurut data pemerintah Inggris menunjukkan, tahun lalu Rusia memperoleh lebih dari 15 miliar dolar AS dari ekspor emasnya. Karena emas secara luas disimpan sebagai cadangan oleh bank sentral di seluruh dunia, dan Rusia memiliki pasar emas yang kuat.
“Rusia adalah produsen emas yang besar, dan itu adalah aset cadangan. Jika mereka tidak bisa menjual, maka sumber pendapatan itu hilang,” kata seorang profesor di London Business School, Lucrezia Reichlin, yang dikutip dari the New York Times.
Menurut pengacara keamanan nasional di Foley & Lardner, Christopher Swift mengatakan, Rusia sebagai salah satu produsen emas terbesar di dunia, menghidupkan penambangan emas baru untuk mengkompensasi beberapa aset yang lumpuh.
“Untuk menebus cadangan yang dipegang oleh perusahaan dan oligarki Rusia, mereka membawa emas baru secara online. G7 menutup akses ke emas baru ini,” ujar Swift.
Sementara Asosiasi Pasar Bullion di London, pusat utama perdagangan emas global, telah menangguhkan transaksi dengan enam kilang emas dan perak Rusia pada Maret lalu.
Miliarder Rusia telah membeli emas batangan dalam upaya untuk menumpulkan dampak sanksi Barat. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengarisbawahi larangan emas tersebut secara langsung akan memukul oligarki Rusia.
Setelah putaran awal sanksi telah menghentikan banyak perdagangan emas internasional yang ada, bank sentral Rusia mengumumkan mereka akan melanjutkan pembelian emas yang diproduksi di dalam negeri, yang juga dilihat sebagai cara untuk membantu menopang mata uangnya.
Emas yang dipegang oleh bank sentral Rusia diperkirakan bernilai antara 100 miliar dolar AS hingga 140 miliar dolar AS. Swift menambahkan, larangan ekspor emas ini tidak akan cukup untuk melemahkan kemampuan ekonomi Rusia.
Baca juga: Rusia Gagal Bayar Utang Luar Negeri untuk Pertama Kalinya Sejak 1918
“Pada dasarnya ini adalah pengetatan sanksi secara bertahap daripada eskalasi yang signifikan. Jika tujuan Anda adalah untuk melemahkan kemampuan ekonomi Rusia untuk berperang di Ukraina, ini adalah tindakan yang perlu tetapi tidak cukup,” kata Swift.
Namun dia menambahkan, langkah yang efektif untuk melemahkan perekonomian Rusia adalah dengan memberikan sanksi pada gas Rusia.
“Jika G7 ingin memiliki efek strategis, maka mereka benar-benar perlu memikirkan apa yang akan mereka lakukan tentang gas Rusia,” ujarnya.
Sementara seorang pengacara di Sedley, Andrew Shoyer mengatakan larangan emas ini memberi G7 kesempatan untuk meningkatkan sanksi.
"Larangan emas memberi pemerintah G7 beberapa landasan dan kesempatan untuk meningkatkan," kata Shoyer.
Sanksi keuangan dan dampaknya bagi Rusia dan pihak Barat
Pihak Barat telah berjuang untuk memberikan tekanan dan merampas sumber daya Rusia, tanpa menimbulkan risiko yang berbahaya bagi ekonomi mereka. Tindakan penyeimbangan ini sangat sulit diterapkan bagi Uni Eropa, yang sangat bergantung pada energi Rusia.
Melonjaknya harga minyak ditambahnya naiknya permintaan bahan bakar di seluruh dunia, menunjukkan Rusia meraup lebih banyak keuntungan dari penjualan minyak mentahnya, dibandingkan sebelum Rusia menyerang Ukraina.
Setelah berminggu-minggu melakukan negosiasi yang tegang, Uni Eropa pada bulan lalu setuju untuk melarang sebagian besar impor minyak Rusia pada akhir tahun ini, serta melarang negara-negara Eropa mengasuransikan kapal tanker yang membawa minyak Rusia.
Namun sejauh ini muncul pertanyaan, apakah Uni Eropa akan melarang impor gas Rusia, mengingat lebih sulit menemukan produsen gas daripada produsen minyak lain. Pemerintah Jerman dan para pemimpin industri telah memperingatkan embargo gas Rusia akan membawa bencana besar bagi perekonomiannya.
Pihak Barat telah melarang sebagian besar perdagangan dengan Rusia, membekukan ratusan miliar dolar aset milik Bank Rusia yang disimpan di lembaga keuangan mereka sendiri, dan memblokir bank-bank Rusia untuk menggunakan sistem pembeyaran internasional SWIFT.
Negara-negara G7 Umumkan Larangan Impor Emas Rusia
Amerika Serikat mengatakan negara-negara anggota Group of Seven (G7) akan melarang impor emas Rusia, untuk memperketat sanksi terhadap Moskow.
Langkah ini dilakukan setelah Rusia pada hari Minggu (26/6/2022) kemarin melakukan serangan rudal di ibu kota Ukraina, Kyiv, meskipun Moskow telah memperoleh keuntungan teritorial di Luhansk.
"Bersama-sama, G7 akan mengumumkan bahwa kami akan melarang impor emas Rusia, ekspor utama yang menghasilkan puluhan miliar dolar untuk Rusia," kata Presiden AS Joe Biden saat menghadiri pertemuan G7 di Pegunungan Alpen Bavaria, yang dikutip dari Aljazeera.
Seorang perwakilan pejabat senior pemerintah AS yang tidak ingin disebut identitasnya mengatakan, G7 akan membuat pengumuman resmi mengenai larangan impor emas pada hari Selasa (28/6/2022) besok.
Menurut keterangan dari koresponden Aljazeera, James Bays, sesi pertama KTT G7, yang diadakan hari Minggu kemarin berfokus untuk membahas dampak konflik Ukraina terhadap ekonomi global, yang mendorong inflasi dan kenaikan harga energi global.
Bays menambahkan, sanksi emas Rusia telah dipuji sebagai salah satu pencapaian KTT tersebut dan kemungkinan akan terus berlanjut. Namun mengingat kondisi ekonomi mereka sendiri, para pemimpin G7 tidak mungkin memberi lampu hijau pada sanksi tambahan, terutama pada impor gas Rusia ke Eropa.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Ukraina Dymtro Kuleba pada hari Minggu kemarin, meminta negara-negara G7 untuk menanggapi serangan rudal Rusia di Kyiv, dengan menjatuhkan sanksi lebih lanjut kepada Moskow dan memberikan lebih banyak senjata berat untuk Ukraina.
“Bocah Ukraina berusia 7 tahun ini sedang tidur nyenyak di Kyiv sampai sebuah rudal jelajah Rusia meledakkan rumahnya. Lebih banyak lagi di sekitar Ukraina berada di bawah pemogokan. KTT G7 harus merespons dengan lebih banyak sanksi terhadap Rusia dan lebih banyak senjata berat untuk Ukraina,” tulis Kuleba di Twitter.
Pendapatan Rusia dari ekspor emas
Ekspor emas merupakan sumber pendapatan utama bagi Rusia untuk bertransaksi dengan sistem keuangan global.
Tahun lalu, ekspor emas Rusia bernilai 12,6 miliar pound atau sekitar 15,45 miliar dolar AS, dan orang kaya Rusia telah membeli emas batangan untuk mengurangi dampak finansial dari sanksi Barat.
Sanksi terhadap ekspor emas Rusia ini kemungkinan akan menjadi tindakan ekonomi paling berarti terhadap Moskow yang diumumkan pada pertemuan G7 selama tiga hari ini.
Sanksi terhadap Moskow mulai mengguncang ekonomi Rusia dan kemampuan jangka panjang Presiden Rusia Vladimir Putin untuk melanjutkan invasi ke Ukraina, yang saat ini memasuki bulan kelima.
Pasar emas batangan di London telah menangguhkan enam kilang emas Rusia, yang diumumkan pada 7 Maret lalu.
Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson mengatakan dalam sebuah pernyataan, larangan emas ini akan memukul oligarki Rusia, sehingga akan mengganggu perekonomian Moskow.
"Ini akan langsung memukul oligarki Rusia dan menyerang jantung mesin perang Putin. Kita perlu membuat rezim Putin kelaparan karena pendanaannya. Inggris dan sekutu kami melakukan hal itu,” katanya.
Negara-negara Barat telah menjatuhkan sanksi yang menargetkan keuangan Rusia, termasuk membekukan aset bank sentralnya untuk memblokir akses ke cadangan mata uang asing.
Para pemimpin Uni Eropa pada awal bulan ini sepakat untuk memotong 90 persen impor minyak Rusia pada akhir tahun ini, sehingga akan memotong sumber pendapatan penting Moskow.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.