Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Tekan Utang Luar Negeri, Pengamat Minta Pemerintah Kendalikan Inflasi hingga Kurangi Impor

utang luar negeri turun. pemerintah diminta waspada karena penurunan diyakini bersifat temporer, dan berpotensi kembali naik pada 2023

Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Sanusi
zoom-in Tekan Utang Luar Negeri, Pengamat Minta Pemerintah Kendalikan Inflasi hingga Kurangi Impor
KONTAN/Carolus Agus Waluyo
Indonesia berhasil menekan Utang Luar Negeri. Pada April 2022 ULN tercatat sebesar 409,5 miliar dolar AS. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia diingatkan untuk melakukan sejumlah hal agar Utang Luar Negeri (ULN) tidak kembali naik.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), pemerintah berhasil menekan Utang Luar Negeri. Pada April 2022 Utang Luar Negeri tercatat sebesar 409,5 miliar dolar AS.

Catatan tersebut turun dibanding catatan Utang Luar Negeri pada bulan sebelumnya yang masih sebesar 412,1 miliar dolar AS.

Pengamat Ekonomi Rahma Gafmi mengingatkan pemerintah untuk tetap waspada karena penurunan diyakini bakal bersifat temporer, dan berpotensi kembali naik pada tahun 2023 mendatang.

Baca juga: Posisi Utang Luar Negeri Indonesia Rp5.925 Triliun, BI: Struktur ULN Tetap Sehat

"Yang jelas pemerintah harus dapat mencegah inflasi dan siklus bisnis dengan menambah stok yang dibutuhkan," ujar Rahma dalam keterangannya, Selasa (28/6/2022).

Rahma mencontohkan, misalnya menambah pasokan sembako, membenahi kredit macet dari sekarang, serta mengurangi ketergantungan pada impor.

Baca juga: DPR: Pengelolaan ULN Harus Ditekan, Prioritaskan pada Pembangunan Berkelanjutan

Berita Rekomendasi

"Memodifikasi fiskal dan moneter lebih banyak minusnya daripada plusnya. Shock berdampak terhadap produktivitas dapat menciptakan perubahan siklus bisnis," tutur Rahma.

Menurut Rahma, jika produktivitas adalah salah satu variabel yang bermasalah, maka tidak mengherankan bahwa ekonomi menunjukkan pola siklus.

"Siklus bisnis yang terus-menerus dapat terjadi sebagai hasil dari keuntungan yang melekat dalam setiap proses secara acak," kata Rahma.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas