Sri Lanka Cari Dana untuk Bayar Pengiriman Bahan Bakar Impor
Pemerintah Sri Lanka saat ini mencari dana segar 587 juta dolar AS untuk membayar pembelian bahan bakar impor.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, KOLOMBO – Pemerintah Sri Lanka sedang berjuang keras mengumpulkan dana sebanyak 587 juta dolar AS untuk membayar pembelian bahan bakar impor.
Negara dengan jumlah penduduk 22 juta orang ini tidak mampu membayar impor bahan makanan, pupuk, obat-obatan dan bahan bakar akibat krisis dolar yang parah.
Menteri Tenaga dan Energi Kanchana Wijesekera mengatakan, pengiriman bahan bakar baru sedang disiapkan, tetapi negara tersebut sedang berjuang untuk mengumpulkan dana yang cukup untuk membayar karena bank sentral hanya dapat memasok sekitar 125 juta dolar AS.
Dikutip dari Reuters, Senin (4/7/2022) Sri Lanka hanya memiliki 12.774 ton solar dan 4.061 ton bensin yang tersisa di cadangan pemerintahnya.
"Minggu ini kami membutuhkan 316 juta dolar AS untuk membayar pengiriman baru. Jika kami menambahkan dua pengiriman minyak mentah, jumlah ini meningkat menjadi 587 juta dolar AS," kata Wijesekera.
Pengiriman pertama sekitar 40.000 ton diesel dari Coral Energy diperkirakan akan tiba sekitar 9 Juli dan pembayaran sebesar 49 juta dolar AS harus dilakukan untuk pengiriman kedua dari Vitol pada hari Kamis mendatang.
Baca juga: Krisis Energi di Sri Lanka Makin Menjadi-jadi, Berlakukan Lagi Pemadaman Listrik 3 Jam
Dihadapkan pada krisis solar dan bensin yang sangat terbatas, Sri Lanka pekan lalu telah menutup sekolah, meminta pegawai negeri untuk bekerja dari rumah dan membatasi pasokan bahan bakar pemerintah untuk layanan penting.
Baca juga: Krisis Bahan Bakar Makin Parah di Sri Lanka, Minggu Ini Sekolah Kembali Libur
Di sisi lain, Wijesekera mengatakan, Sri Lanka harus berusaha untuk mengumpulkan dana dari pasar terbuka dan mencari opsi pembayaran yang lebih fleksibel dari pemasok.
Baca juga: BBM Langka, Anak-anak di Sri Lanka Sulit ke Sekolah
Ia menambahkan, rencana untuk menyelesaikan utang sebesar 800 juta dolar AS kepada tujuh pemasok untuk pembelian bahan bakar yang dilakukan tahun ini juga sedang dibahas.
Sementara itu, Pejabat Dana Moneter Internasional (IMF) akan terus mengadakan pembicaraan dengan Sri Lanka untuk kemungkinan paket bailout senilai 3 miliar dolar AS.