Balas Aksi Barat, Gazprom Usul Penggunaan Rubel Diperluas ke Jual-beli LNG
Gazprom mengusulkan penggunaan mata uang rubel yang lebih luas untuk transaksi penjualan gas Rusia lewat pipa dan gas alam cair (LNG).
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, MOSKWA – Raksasa gas Rusia, Gazprom, telah mengusulkan perluasan penggunaan mata uang rubel untuk transaksi penjualan gas Rusia lewat pipa dan gas alam cair (LNG).
Dilansir dari Reuters, Selasa (5/7/2022) usulan tersebut diajukan oleh Kirill Polous, Wakil Kepala Departemen di Gazprom setelah Rusia bergerak merebut operasi kilang LNG Sakhalin-2 pekan lalu sebagai aksi balasan atas sanksi Barat ke Rusia.
Perintah yang ditandatangani oleh Presiden Rusia Vladimir Putin, nantinya akan menciptakan perusahaan baru yang dapat mengambil alih semua hak dan kewajiban Sakhalin Energy Investment Co.
Sementara itu, perusahaan energi Shell dan perusahaan perdagangan Jepang Mitsui serta Mitsubishi hanya memegang kurang dari 50 persen Sakhalin Energy.
Rusia menyumbang sekitar 8 persen dari pasokan LNG global dengan 40 miliar meter kubik gas super-cooled per tahun, yang sebagian besar berasal dari Sakhalin-2 dan Yamal LNG milik Novatek, kilang LNG terbesar di Rusia.
Pada bulan Maret, Putin mengatakan produsen gas alam terbesar di dunia akan meminta “negara-negara yang disebutnya tidak ramah” untuk membayar gas pipa dalam rubel.
Baca juga: Di Tengah Ramainya Sanksi Barat, Rubel Rusia Jadi Mata Uang dengan Kinerja Terbaik Tahun Ini
Sejumlah klien terbesar Gazprom di Eropa mulai menghentikan pasokan gas dari perusahaan itu setelah menolak mematuhi aturan baru.
"Ini adalah masalah koordinasi ekspor pipa gas dan LNG," kata Polous, menambahkan bahwa ada persaingan valuta asing antara gas pipa yang dijual dalam rubel dan LNG yang dikenakan pajak dalam dolar.
Baca juga: Rubel Makin Perkasa, Menguat 52 Terhadap Dolar ke Level Tertinggi Sejak Mei 2015
Tidak seperti penjualan gas perpipaannya, sebagian besar LNG Rusia dikonsumsi di Asia. Sedangkan di Eropa, Spanyol menjadi salah satu konsumen LNG Rusia.
Menurut layanan pajak negara, Rusia tahun lalu memperoleh 7,3 miliar dolar AS dari ekspor LNG, sedangkan dari ekspor gas pipa, Rusia menerima 55,5 miliar dolar AS.
Baca juga: Rubel Rusia Terus Menguat di Tengah Invasi, Tembus 55,75 Terhadap Dolar AS
Sebelum konflik baru-baru ini di Ukraina, yang disebut Moskow sebagai 'operasi militer khusus', Rusia telah merencanakan untuk memproduksi sebanyak 140 juta ton LNG pada tahun 2035, atau seperempat dari ekspor LNG global saat ini.