Kian Membengkak, Kerugian Garuda Indonesia Tercatat Rp62 Triliun di 2021
Maskapai pelat merah Garuda Indonesia mencatatkan kerugian senilai 4,15 miliar dolar Amerika Serikat (AS) di 2021.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Maskapai pelat merah Garuda Indonesia mencatatkan kerugian senilai 4,15 miliar dolar Amerika Serikat (AS) di 2021.
Angka tersebut setara dengan Rp62 triliun (asumsi kurs Rp14.998 per dolar AS).
Jika dilihat lebih detail, kerugian Garuda ini meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang yang kala itu senilai 2,44 miliar dolar AS.
Dalam laporan yang diperoleh Tribunnews dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) juga menyebutkan bahwa Garuda Indonesia mencatatkan pendapatan usaha sebesar 1,33 miliar dollar AS.
Baca juga: Bos Garuda Indonesia Proyeksikan Kinerja Perusahaan Mulai Berangsur Positif di Semester II-2022
Angka tersebut turun 10,43 persen dibandingkan perolehan pendapatan di 2020, yang sebesar 1,49 dolar AS.
Pendapatan usaha yang diperoleh maskapai berkode saham GIAA ini ditunjang oleh pendapatan penerbangan berjadwal sebesar 1,04 miliar dolar AS, penerbangan tidak berjadwal sebesar 88,05 juta dolar AS dan pendapatan lainnya sebesar 207 juta dolar AS.
Selain itu, sepanjang tahun 2021 lalu, Garuda secara group turut mencatatkan penurunan beban usaha sebesar 21,03 persen menjadi 2,6 miliar dolar AS jika dibandingkan periode yang sama pada tahun 2020 lalu.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra mengatakan, terlepas dari tekanan kinerja usaha yang dicatatkan pada tahun 2021 lalu, secara fundamen operasional Garuda berhasil meningkatkan sejumlah catatan kinerja operasi.
Di antaranya melalui angkutan kargo group tercatat meningkat sebesar 20,38 persen dibandingkan pada periode yang sama di tahun 2020.
Hal tersebut turut menunjang peningkatan proporsi pendapatan kargo pada total pendapatan usaha Garuda yang berada di kisaran 24,85 persen dibandingkan dengan pendapatan kargo di tahun 2020 sebesar 17,74 persen.
Pendapatan kargo tersebut juga termasuk di dalamnya pendapatan angkutan freighter yang menjadi salah satu bentuk diversifikasi usaha Perusahaan dalam menjaga arus kas operasional Garuda Indonesia.
Sementara itu, sepanjang tahun 2021 Garuda juga telah melayani sedikitnya 2.221 penerbangan charter, atau mengalami peningkatan sebesar 27,21 persen dibandingkan dengan tahun 2020 yang berjumlah 1.746 penerbangan charter.
“Hal ini tentunya menjadi outlook positif bagi pendapatan usaha pada lini penerbangan tidak berjadwal yang menunjukan pertumbuhan menjanjikan kedepannya,” ungkap Irfan dalam keterangannya, Rabu (13/7/2022).
“Sepanjang tahun 2021, Garuda secara group berhasil mempertahankan konsistensi jumlah penumpang di angka sekitar 10,9 juta penumpang dibandingkan periode yang sama pada tahun 2020 lalu,” sambungnya.
Lebih lanjut, dari aspek pengelolaan kinerja korporasi, Garuda juga melakukan sejumlah langkah strategis dalam memastikan langkah pemulihan kinerja imbas penurunan trafik penerbangan berjalan dengan berkesinambungan.
Langkah tersebut yang dilakukan melalui langkah restrukturisasi finansial baik untuk kewajiban usaha jangka panjang dan jangka pendek, restrukturisasi beban biaya operasional yang dilakukan melalui langkah negosiasi beban sewa pesawat, hingga biaya penunjang operasi lainnya.
"Berbagai langkah strategis tersebut yang turut diselaraskan dengan proses restrukturisasi kewajiban usaha melalui Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dan telah mencapai tahapan homologasi,” papar Irfan.
“Secara bertahap (hal tersebut akan) mulai mencatatkan peningkatan kinerja usaha secara positif baik dari segi cost structure, hingga kemampuan Perusahaan dalam memaksimalkan profitabilitas pada kinerja usahanya," pungkasnya.