Euro Anjlok 11,8 Persen Menuju Level Terendah Dalam Dua Dekade Terakhir
Memanasnya perdagangan energi di Eropa telah membuat euro mengalami pelemahan nilai selama beberapa minggu terakhir
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, LONDON – Memanasnya perdagangan energi di Eropa telah membuat euro mengalami pelemahan nilai selama beberapa minggu terakhir, dimana euro anjlok sebanyak 11,8 persen dalam perdagangan Rabu (13/7/2022).
Menurut pantauan Reuters, di penutupan perdagangan Rabu nilai euro telah jatuh di posisi 0,96 terhadap dolar, penurunan tersebut menandai adanya pelemahan mata uang imbas dari penutupan aliran gas melalui pipa Nord Stream 1 Rusia.
Runtuhnya nilai euro bahkan membuat nilai mata uang ini dipatok lebih rendah ketimbang mata uang lainnya. Penurunan tersebut jadi yang terbesar yang pernah dialami euro sejak dua dekade terakhir, dimana saat itu euro anjlok karena Bank Sentral Eropa mengeluarkan stimulus besar-besaran.
Baca juga: Tanda-tanda Eropa Mulai Resesi, Nilai Tukar 1 Euro Setara 1 Dolar AS
Meski penutupan pipa Nord Stream 1 Rusia hanya dilakukan selama 10 hari, namun kekhawatiran sejumlah negara akan adanya perpanjangan penutupan ekspor migas Rusia membuat investor melakukan penghindaran risiko (risk-off), alasan inilah yang membuat nilai euro melemah.
"Jika pipa gas yang ditutup selama 10 hari tidak dibuka kembali dan kami mendapatkan lebih banyak penjatahan gas, dalam situasi itu kami mungkin melihat level terlemah euro," kata Christian Keller, kepala penelitian ekonomi di Barclays.
Guncangan harga energi sudah mulai dirasakan Eropa pada Juni lalu, menurut catatan JPMorgan pasokan energi terutama gas menurun sebanyak 53 persen. Melonjaknya permintaan tanpa dibarengi oleh peningkatan stok mengantarkan adanya pengetatan energi di Eropa, hingga membuat harga energi terkerek naik di level tertinggi.
Kondisi inilah yang menyebabkan tingkat inflasi di Eropa meningkat dan nilai euro jatuh terhadap dolar, situasi ini sebelumnya telah diprediksi oleh Jordan Rochester dari Nomura, pihaknya menyebut bahwa nilai euro kemungkinan besar bisa jatuh ke level 0,95 pada akhir Agustus dan ambles ke harga 0,90 di sepanjang musim dingin euro.