Rugi 150.000 Barel Per Hari, Irak Gagal Genjot Ekspor Minyak di Tengah Krisis Energi
Jika fasilitas penyimpanan minyak tak kunjung ditingkatkan, Irak gagal mendapatkan tambahan ekspor sebanyak 150.000 barel per hari.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, BAGHDAD – Rencana Pemerintah Irak memacu kapasitas ekspor minyak mentah di tengah krisis energi di pasar global karena kendala di fasilitas penyimpanan minyaknya.
Produksi minyak Irak sebetulnya sudah mulai menunjukkan kenaikan. Pernyataan Sekretariat OPEC menyebutkan, produksi rata-rata minyak Irak telah mencapai 34.000 barel per hari di kuartal II 2022.
Pernyataan ini didukung data Organisasi Pemasaran Minyak Negara Irak (SOMO) bulan Juni yang menunjukkan volume ekspor minyak Irak dari Basra telah mencapai 3,27 juta barel per hari.
Jumlah ini meningkat apabila dibandingkan dengan sesi sebelumnya.
Baca juga: Harga Minyak Naik Tipis di Tengah Kewaspadaan Pasar terhadap Data Inflasi AS
Namun karena Pemerintah Irak tak kunjung menyetujui penyelesaian tender untuk pekerjaan peningkatan stasiun pompa minyak di Basra, kemampuan negeri ini dalam memproduksi minyak menjadi terhambat.
Terlebih, saat ini kapasitas ruang penyimpanan minyak di Irak telah mencapai batas maksimum.
“Produksi minyak mentah negara itu telah meningkat sebagian besar sejalan dengan kuota di bawah perjanjian OPEC+ (negara-negara penghasil minyak), tetapi tidak diimbangi peningkatan stasiun pompa.” Jelas data SOMO yang dikutip dari Reuters.
Baca juga: Jerman Stop Beli Batu Bara dan Minyak Rusia
Jika fasilitas penyimpanan minyak tak kunjung ditingkatkan, Irak gagal mendapatkan tambahan ekspor sebanyak 150.000 barel per hari.
Hal tersebut juga menggagalkan rencana Irak untuk dapat menjadi produsen minyak terbesar di OPEC dengan kapasitas ekspor 3,45 juta barel per hari (bph).