Euro Langsung Menguat Terhadap Dolar Setelah ECB Umumkan Rencana Kerek Suku Bunga
Pada perdagangan Rabu (20/7/2022) hari ini kurs euro naik 0,25 persen melesat lebih tinggi sekitar 1,0245 terhadap dolar AS.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, BRUSSEL – Pelonggaran kebijakan The Fed Amerika telah mengerek mundur pergerakan dolar AS hingga nilainya anjlok ke level terendah.
Posisi ini berbanding jauh dengan indeks euro yang saat ini terus memperpanjang penguatan.
Mengutip dari Reuters, pada perdagangan Rabu (20/7/2022) hari ini kurs euro naik 0,25 persen melesat lebih tinggi sekitar 1,0245 terhadap dolar AS.
Imbas lonjakan tersebut nilai euro jadi sedikit terangkat setelah sebelumnya euro ambles sebanyak 2,3 persen sejak awal Juli lalu.
Lonjakan indeks euro terjadi setelah pekan ini bank sentral Eropa (ECB) mengumumkan rencananya menaikan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin pada pertemuan di hari Kamis (21/7/2022).
Kebijakan moneter ini diambil setelah angka inflasi di Eropa melesat naik ke level 8,6 persen.
Alasan inilah yang membuat ECB berniat untuk mengambil langkah agresif dengan memperketat laju moneternya.
Baca juga: Euro Anjlok 11,8 Persen Menuju Level Terendah Dalam Dua Dekade Terakhir
Tak jauh beda dari euro, mata uang sterling Inggris juga menunjukan penguatan dengan naik 0,28 persen menuju 1,2031 terhadap dolar AS.
Kenaikan tersebut terjadi setelah Gubernur Bank of England Andrew Bailey mengatakan bahwa Inggris telah menaikan suku bunga sebesar 50 basis poin pada Selasa (19/7/2022) kemarin.
Baca juga: The Fed Beri Sinyal Naikkan Suku Bunga 75 Basis Poin pada Akhir Juli
Menguatnya euro dan sterling justru berbanding terbalik dengan pergerakan dolar AS, yang selama sepekan ini terus menunjukan pelemahan bahkan pada perdagangan Rabu pagi indeks dolar anjlok 0,14 persen menjadi 106,52.
Angka tersebut merosot jauh apabila dibandingkan dengan nilai dolar pada minggu lalu yang saat itu dipatok 109,29.
Pelonggaran yang dilakukan The Fed dengan menurunkan ekspektasi kenaikan suku bunga menjadi 23,2 persen telah memicu amblesnya indeks dolar, meski begitu cara ini berhasil mendinginkan kondisi pasar AS.
Baca juga: Bursa Saham Eropa Merosot di Tengah Kekhawatiran Kenaikan Suku Bunga ECB
"Ketika pasar terus memperkirakan kenaikan suku bunga FOMC dari pasar-pasar, saya pikir itu akan mengurangi tekanan dolar AS, tapi saya tidak berpikir pelemahan dolar akan bertahan lama, mengingat prospek pertumbuhan global yang memburuk," kata Kong, analis Commonwealth Bank.
Berbeda dari bank sentral lainnya yang saat ini tengah sibuk mengerek naik suku bunga acuannya untuk menstabilkan inflasi, bank sentral Jepang (BoJ) memilih untuk tetap mempertahankan sikap dovish-nya.
Meski begitu nilai yen Jepang masih menjadi outlier pada perdagangan Rabu pagi dengan melesat 138,155 per dolar.