IDC: Krisis Chip Global Belum akan Berakhir Dalam Waktu Dekat
Selain itu, adanya invasi Rusia ke Ukraina juga akan membebani pasokan suku cadang penting yang dibutuhkan.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Seorang analis dari Perusahaan Data Internasional (IDC) mengatakan, krisis chip global saat ini belum akan berakhir dalam waktu dekat.
Selain itu, adanya invasi Rusia ke Ukraina juga akan membebani pasokan suku cadang penting yang dibutuhkan.
“Pasokan semikonduktor tidak akan segera meningkat. Ada banyak bahan mentah seperti gas yang dibutuhkan untuk produksi semikonduktor tersebut," kata Vinay Gupta, direktur riset Asia-Pasifik IDC.
Baca juga: Krisis Chip Semikonduktor, Inden Skuter Matic Entry Level AHM Jadi Lebih Lama
Gupta kemudian menjelaskan bahwa Rusia dan Ukraina merupakan pengekspor kripton terbesar, yakni gas yang digunakan dalam produksi chip. Ketika keduanya terlibat perang, maka rantai pasokan akan terhambat.
Neon juga penting untuk proses pembuatan chip dan digunakan untuk laser yang dikenal sebagai litografi.
Analis semikonduktor di perusahaan riset Bain & Co, Peter Hanbury, mengatakan lebih dari setengah neon dunia diproduksi oleh segelintir perusahaan di Ukraina.
Semikonduktor digunakan dalam segala hal, mulai dari ponsel dan komputer hingga mobil serta peralatan rumah tangga.
"Gangguan rantai pasokan dan kenaikan biaya juga berarti harga jual rata-rata perangkat akan naik dan vendor infrastruktur kemudian akan meneruskannya ke pelanggan,” kata Gupta.
Selain itu, Gupta juga mengatakan, meningkatnya inflasi dan ekspektasi pengetatan moneter telah menyebabkan perlambatan ekonomi yang berdampak kepada konsumen.
“Pengeluaran untuk belanja peralatan elektronik, telah menunjukkan adanya tanda-tanda resesi.” ungkap Gupta.
Baca juga: Honda Akui Pasokan Chip Semikonduktor Hambat Pengiriman Motor ke Konsumen
Gupta menambahkan bahwa kenaikan suku bunga di seluruh dunia akan semakin memperparah perlambatan ekonomi
“Tetapi harapannya akan menjadi perlambatan yang dangkal, karena pemerintah dan bank sentral berusaha untuk menyeimbangkan kenaikan inflasi dan suku bunga,” terang Gupta.
Pekan lalu, pernyataan dari dua pejabat mengindikasikan Federal Reserve sedang dalam proses untuk menaikkan suku bunga pada bulan Juli dan mungkin juga pada bulan September.
Sedangkan di bulan Juni, The Fed menyetujui kenaikan 75 basis poin, atau 0,75 poin persentase, ke tingkat suku bunga pinjaman.