Uni Eropa Berlomba Pangkas Gas Rusia di Tengah Berkurangnya Pasokan
Uni Eropa akan menetapkan rencana darurat pada hari Rabu (20/7) untuk membatasi penggunaan gas Rusia.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, BRUSSELS – Uni Eropa akan menetapkan rencana darurat pada hari Rabu (20/7) untuk membatasi penggunaan gas Rusia.
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin telah memberikan peringatan mengenai potensi berkurangnya pasokan gas yang dikirim melalui pipa Nord Stream 1 ke negara-negara Eropa.
Pengiriman gas Rusia melalui pipa Nord Stream 1 telah terhenti selama 10 hari karena pemeliharaan rutin tahunan.
Baca juga: Di Iran, Vladimir Putin Sindir Uni Eropa, Alami Krisis Energi Karena Sanksi yang Mereka Buat Sendiri
Akibat berkurangnya pasokan gas, Uni Eropa kemudian mendesak negara-negara anggotanya untuk mengurangi penggunaan gas Rusia.
Dilansir dari Reuters, Rabu (20/7/2022) pejabat Uni Eropa mengatakan bahwa target pemotongan gas Rusia akan berkisar dari 10 persen hingga 15 persen.
"Kami percaya bahwa gangguan penuh mungkin terjadi dan sangat mungkin terjadi jika kami tidak bertindak dan membiarkan diri kami rentan terhadapnya," kata seorang pejabat Uni Eropa.
"Jika kita menunggu, itu akan lebih mahal dan itu berarti kita menari mengikuti irama Rusia." imbuhnya.
Sementara itu, politisi Eropa menuduh Rusia bermain politik dengan pasokan gasnya, menggunakan masalah teknis sebagai dalih untuk mengurangi pengiriman.
Kremlin langsung membantah hal itu dan menyalahkan sanksi Barat atas pengurangan pasokan gasnya.
Di sisi lain, negara-negara Eropa juga telah mencari pasokan gas alternatif, meskipun pasar gas global sudah menggeliat bahkan sebelum krisis Ukraina, karena pemulihan global dari pandemi mendorong permintaan bahan bakar.
Baca juga: Ukraina Ikut Gabung Badan Energi Internasional Sebagai Negara Asosiasi
Kemudian, negara-negara anggota Uni Eropa juga berlomba untuk membangun atau memperluas terminal untuk mengimpor gas alam cair (LNG) yang dapat dikirim dari Amerika Serikat ke blok tersebut.
Namun, pasar LNG saat ini telah didominasi oleh kontrak jangka panjang, sehingga lebih sulit untuk mengamankan pengiriman reguler dengan cepat.