Menanti BI Naikkan Suku Bunga pada RDG Agustus 2022
Chief Economist BRI Anton Hendranata mengatakan fundamental ekonomi RI saat ini cukup kuat menahan gejolak eksternal.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Chief Economist BRI Anton Hendranata mengatakan fundamental ekonomi RI saat ini cukup kuat menahan gejolak eksternal.
Itu berkaitan dengan keputusan The Fed yang kembali menaikkan suku bunga 75 Basis Poin.
"Kami pikir cukup masuk akal jika BI masih menahan suku bunga acuannya di RDG Juli 2022," kata Anton dalam risetnya, Jumat (29/7/2022).
Menurut Anton, ke depan BI baru akan mulai menaikkan suku bunga pada RDG Agustus 2022 karena level nilai Rupiah yang sudah berada di kisaran Rp15.000 per dolar AS.
Baca juga: Prediksi Analis Tentang Pergerakan IHSG Pekan Ini, Diwarnai FOMC dan RDG Bank Indonesia
Selain itu, tingkat inflasi inti merangkak hingga 2,82 persen year-on-year pada Juli 2022 sejalan dengan peningkatan aktivitas ekonomi dan demand masyarakat.
"Inflasi Consumer Price Index (CPI) kami perkirakan dapat meningkat ke level 4,89 persen you sejalan dengan masih terganggunya pasokan supply bahan pangan akibat cuaca yang tidak menentu utamanya cabai dan bawang," urai Anton.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memilih tetap mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,5 persen ketimbang menaikkannya seperti rekomendasi banyak analis, untuk menekan kenaikan laju inflasi.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, keputusan tersebut diambil berdasarkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 20-21 Juli 2022.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 20-21 Juli 2022 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5 persen, suku bunga Deposit Facility tetap 2,75 persen dan suku bunga Lending Facility tetap 4,25 persen," jelas Perry dalam konferensi pers Bank Indonesia secara virtual, Kamis (21/7/2022).
Dirinya menjelaskan, keputusan ini dinilai cukup konsisten dengan mempertimbangkan prakiraan inflasi inti yang masih terjaga di tengah risiko dampak perlambatan ekonomi global terhadap pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Baca juga: Menko Airlangga Dapat Dukungan Penuh Dari Bank Kerjasama Internasional Jepang
Perry mengungkapkan, pada bulan Juni 2022 Indeks Harga Konsumen (IHK) berada di level 4,35 persen.
Namun, inflasi inti masih terjaga di angka 2,63 persen.
Gubernur BI menjelaskan, inflasi inti adalah inflasi yang mencerminkan keseimbangan dan penawaran di dalam ekonomi nasional.
Inflasi inti yang masih terjaga di 2,63 persen menunjukan bahwa meskipun permintaan di dalam negeri meningkat tetapi masih bisa terpenuhi dengan kapasitas produksi nasional.
“Namun demikian kinerja ekspor akan terdampak perlambatan ekonomi global. Pasalnya, perlambatan ekonomi global akan mempengaruhi melemahnya permintaan global,” pungkas Perry.