Pertemuan Airlangga dan Gubernur JBIC Diharapkan Berdampak Positif Bagi Pertumbuhan Ekonomi RI
akademisi puji upaya diplomasi Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam melobi Jepang untuk berinvestasi ke Indonesia.
Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat yang juga Akademisi dari Universitas Esa Unggul, Iswadi memuji upaya diplomasi Ekonomi Indonesia khususnya Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam melobi Jepang untuk berinvestasi ke Indonesia.
“Kita sampaikan penghargaan tinggi atas upaya Indonesia berdiplomasi ekonomi khususnya yang dilakukan Menko Airlangga di Jepang,” ujar Iswadi kepada wartawan, Jumat (29/7/2022).
Pria yang merupakan Ketua Umum Solidaritas Pemersatu Bangsa Indonesia (SPBI) tersebut, mengatakan sambutan Gubernur Japan Bank for International Corporation (JBIC) Hayashi yang cukup hangat karena Indonesia merupakan negara sangat strategis dan merupakan customer terpenting bagi JBIC, karena itu mereka sangat berbahagia bisa bertemu langsung dengan Menko Airlangga untuk membahas investasi sektor kesehatan dan pangan ke Negara Indonesia.
Baca juga: JBIC Jepang Beri Pinjaman untuk Anak Perusahaan Hanken Seisakusho di Indonesia Total Rp 28,3 Miliar
Alumni Program Doktoral Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta ini berharap Pertemuan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dengan Gubernur JBIC yang baru Nobumitsu Hayashi digelar di Hotel Imperial Tokyo, Jepang, Senin (25/7/2022) akan berdampak positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
Baca juga: Hari Ini Menko Perekonomian Airlangga Hartarto Temui CEO Perusahan Besar di Jepang
Menurut akademisi kelahiran Aceh ini, kunjungan kerja (kunker) Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Airlangga Hartarto ke Jepang akan dapat menarik investor energi baru terbarukan (EBT). Sebab, Indonesia tidak dapat berjalan sendirian tanpa dukungan negara lain.
“Kita berharap dengan adanya kunjungan pak Menko Airlangga ke Jepang bisa membawa investasi terutama di sektor EBT guna meningkatkan pertumbuhan Ekonomi Indonesia, karena peran Indonesia yang sangat strategis akan mempercepat dukungan dari negara lain ataupun investasi dari negara lain,” ujar Iswadi.
“Indonesia yang mempunyai populasi dan ukuran ekonomi terbesar di kawasan sangat tepat untuk menjadi prioritas utama JBIC," kata Iswadi.
Seperti diketahui, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto melakukan pertemuan dengan Gubernur Japan Bank for International Cooperation (JBIC) yang baru Nobumitsu Hayashi digelar di Hotel Imperial Tokyo, Jepang, Senin (25/7/2022).
Baca juga: Menko Airlangga Dapat Dukungan Penuh Dari Bank Kerjasama Internasional Jepang
Dalam pertemuan tersebut, Menko Airlangga didampingi oleh Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dan Sesmenko Perekonomian Susiwijono Moegiarso.
Pertemuan selama hampir 2 jam itu berlangsung dengan pembahasan yang lebih fokus kepada berbagai proyek JBIC yang ada di Indonesia. Mengawali pertemuan, Menko Airlangga menyampaikan bahwa JBIC berperan besar dalam pembangunan ekonomi Indonesia sebagai sumber pendanaan maupun penasihat dalam berbagai proyek infrastruktur.
JBIC setiap tahun membuat survei atas perusahaan manufaktur Jepang yang melakukan bisnis di luar Jepang (Survey on Overseas Business Operations by Japanese Manufacturing Companies). JBIC memiliki spesialisasi yang salah satunya adalah pembiayaan di sektor energi.
“Beberapa proyek infrastruktur utama seperti Pembangkit Listrik Tanjung Jati-B, Jawa 1, dan pembangkit panas bumi Sarula dan Muara Laboh, serta proyek LNG Tangguh. Proyek-proyek ini menyediakan sumber energi yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan ekonomi Indonesia,” ujar Menko Airlangga.
Menko Airlangga menambahkan bahwa fokus Indonesia untuk dua tahun ke depan adalah memulihkan ekonomi dan kembali mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi dan berkelanjutan, yang salah satunya didukung oleh ketersediaan infrastruktur energi. Pemerintah Indonesia segera mengambil langkah konkret untuk melaksanakan transisi energi ke Energi Baru dan Terbarukan (EBT) untuk mencapai Nationally Determined Contributions (NDC) pengurangan emisi karbon 29 persen pada 2030.