Nggak Usah Takut Resesi, Ekonomi RI Diprediksi Tumbuh di Atas 5 Persen
Jelang rilis kuartalan yang akan diumumkan pemerintah hari ini, ekonomi Indonesia diprediksi masih akan kuat di atas level 5 persen.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Jelang rilis kuartalan yang akan diumumkan pemerintah hari ini, ekonomi Indonesia diprediksi masih akan kuat di atas level 5 persen.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, hal ini sejalan dengan pemulihan ekonomi dalam negeri yang terus berlangsung dan juga tingkat pengendalian Covid-19 cenderung baik.
"Pada kuartal II ini, memang konsumsi rumah tangga cenderung meningkat didukung oleh momentum keagamaan Ramadan dan Lebaran," ujar dia melalui risetnya, Jumat (5/8/2022)?
Baca juga: Airlangga Hartarto Sebut Peluang Indonesia Masuk Jurang Resesi Sangat Kecil
Selain itu, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi turut mendorong pertumbuhan seiring dengan program hilirisasi yang digencarkan pemberintah.
Belanja pemerintah pun turut ambil bagian meskipun diprediksi terkontraksi imbas pada tahun lalu, stimulus yang dikeluarkan cukup tinggi mengingat gelombang Covid-19 masif penyebarannya.
"Tak hanya itu, aktivitas ekspor impor juga berkontribusi besar menopang pemulihan ekonomi kita imbas lonjakan harga komoditas bak durian runtuh. Mulai dari komoditas sawit, energi pertambangan batu bara dan mineral seperti nikel, timah, serta energi minyak dan gas alam," kata Nico.
Pergerakan harganya pun saat ini cenderung bervariasi, yakni masih ada di level atap seperti batu bara dan ada juga yang sudah mengalami penurunan seperti nikel dan juga CPO.
"Hal ini memang bukan tanpa alasan. Pasalnya, ini bergantung kondisi suplai dan demand yang memang pemicu utamanya perang yang masih berlangsung serta aksi balas dendam atas sanksi yang dijatuhkan kepada Rusia," tuturnya.
Baca juga: Terancam Resesi, Berikut Industri Yang Tahan Banting Menghadapi Gelombang PHK di Negeri Paman Sam
Nico menambahkan, dirinya melihat bahwa ekonomi dalam negeri sudah cukup kuat melawan tekanan global, hanya saja potensi risiko resesi hanya menjadi tantangan karena pemulihan ekonomi ditopang oleh ekspor dan tingkat konsumsi masyarakat.
"Di tengah inflasi yang terus meningkat hingga mendekati 5 persen juga berpotensi melemahkan daya beli masyarakat di tengah kondisi krisis energi dan pangan global. Karena itu, kami memandang bahwa bauran kebijakan pemerintah dan bank sentral saat ini cukup krusial untuk tetap resilient menghadapi tekanan global," pungkasnya.