Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Ancaman Resesi di AS Pudar Usai Angka Pengangguran Turun Jadi 3,5 Persen

Ancaman resesi akibat lonjakan inflasi di Amerika perlahan mulai surut, setelah lapangan kerja di AS mengalami peningkatan drastis

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Ancaman Resesi di AS Pudar Usai Angka Pengangguran Turun Jadi 3,5 Persen
Brendan SMIALOWSKI / AFP, SAUL LOEB / AFP
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden. Ancaman resesi di AS akibat lonjakan inflasi perlahan mulai surut, setelah lapangan kerja di AS mengalami peningkatan drastis hingga tembus 528.000 pekerjaan pada bulan Juli lalu. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Ancaman resesi di AS akibat lonjakan inflasi perlahan mulai surut, setelah lapangan kerja di AS mengalami peningkatan drastis hingga tembus 528.000 pekerjaan pada bulan Juli lalu.

Angka ini bahkan mengalahkan ekspektasi ekonom AS dimana sejak awal tahun mereka hanya menargetkan kenaikan lapangan kerja sebanyak 250.000 pekerjaan.

Adanya peningkatan ini lantas membuat laju pengangguran di AS menyusut dari 3,6 menjadi 3,5 persen di sepanjang bulan Juli.

Baca juga: Inflasi Merambat Naik, Legislator Gerindra Minta Pemerintah Jaga Daya Beli Masyarakat

Rilisnya data positif dari Nonfarm payrolls milik departemen tenaga kerja AS, membuktikan bahwa pasar tenaga kerja Amerika ditahun 2022 dapat mengembalikan penguatan di sektor ekonomi yang belakangan ini terus mengalami perlambatan pertumbuhan, akibat lonjakan inflasi.

“Ada lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, tetapi laporan data tenaga kerja hari ini menunjukkan bahwa kami membuat kemajuan yang signifikan bagi keluarga pekerja,” kata Joe Biden Presiden AS, Jumat (5/8/2022).

Meski hanya naik tipis namun dengan adanya kenaikan tersebut, memungkinkan AS terhindar dari risiko resesi.

Berita Rekomendasi

Meningkatnya angka kerja di Amerika terjadi usai Departemen Tenaga Kerja kenaikan upah minimum sebanyak 0,5 persen menjadi 5,2 persen, agar para karyawan dapat menghadapi tingginya harga bahan makanan, bensin, dan bahkan perlengkapan sekolah.

Tak hanya itu pemerintah juga turut menambah jam kerja bagi para karyawan. Cara inilah yang dapat menambah kekuatan pasar tenaga kerja di AS secara berkelanjutan.

"Risiko terhadap pertumbuhan upah tampaknya naik dalam waktu dekat mengingat kekuatan pasar tenaga kerja yang terus-menerus dan kurangnya rebound dalam pasokan tenaga kerja," kata Lydia Boussour, ekonom utama AS di Oxford Economics.

Mengutip dari Reuters kenaikan pekerjaan secara luas dipimpin oleh industri rekreasi dan perhotelan, yang menambahkan 96.000 posisi baru, sementara sektor layanan profesional dan bisnis meningkat menjadi 89.000 posisi.

Baca juga: Perekonomian Inggris Makin Ambles, Inflasi Diprediksi Tembus 15 Persen di Awal 2023

Kenaikan lowongan pekerjaan juga terjadi pada sektor kesehatan dimana pada bulan Juli lalu ada sekitar 70.000 pekerjaan baru yang dibuka.

Untuk sektor pemerintah Survei Institute for Supply Management (ISM) mencatat lonjakan sebesar 57.000 pekerjaan, yang didorong oleh pendidikan pemerintah daerah.

Disusul sektor konstruksi yang menambahkan lowongan 32.000 posisi dan manufaktur sebanyak 30.000 posisi baru.

Kondisi seperti ini diperkirakan terus berlanjut hingga beberapa bulan kedepan, dengan meningkatnya angka kerja maka laju ekonomi AS dalam waktu cepat dapat kembali stabil menutup angka kerugian akibat inflasi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas