Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Bursa Saham Asia Goyah Jelang Rilisnya Data Inflasi AS dan Prospek The Fed  

Sejumlah bursa saham Asia jatuh hari ini, Selasa (9/8/2022), karena investor sedang menunggu data inflasi Amerika Serikat yang akan rilis pekan ini.

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Bursa Saham Asia Goyah Jelang Rilisnya Data Inflasi AS dan Prospek The Fed  
Foto Kyodo
Sejumlah bursa saham Asia jatuh pada perdagangan hari ini, Selasa (9/8/2022), karena investor sedang menunggu data inflasi Amerika Serikat yang dijadwalkan dirilis pekan ini 

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni

 
TRIBUNNEWS.COM, HONG KONG - Sejumlah bursa saham Asia jatuh pada perdagangan hari ini, Selasa (9/8/2022), karena investor sedang menunggu data inflasi Amerika Serikat (AS) yang dijadwalkan dirilis pekan ini dan prospek kenaikan suku bunga Federal Reserve AS (The Fed).

Dikutip dari Reuters, pada awal perdagangan hari ini, indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang anjlok 0,2 persen.

Sementara indeks Nikkei Jepang terkoreksi 0,81 persen, sedangkan indeks bursa saham Australia bergerak datar pada perdagangan hari ini.

Indeks CSI 300 blue-chip China tergelincir 0,31 persen di awal perdagangan. Sementara indeks Hang Seng Hong Kong dibuka 0,12 persen lebih rendah.

Investor saat ini sedang menunggu data harga konsumen AS yang akan dirilis Rabu (10/8/2022) besok, untuk mengukur apakah The Fed akan memperketat kembali kebijakan moneternya sebagai upaya untuk menekan inflasi.

Baca juga: Bursa Saham Asia-Pasifik Anjlok Menjelang Pertemuan The Fed

 Ada beberapa tanda yang menggembirakan bagi The Fed, setelah rilisnya survei bulanan Ekspektasi Konsumen The Fed New York pada Senin (8/8/2022) kemarin, yang menunjukkan ekspektasi inflasi konsumen turun tajam pada bulan Juli.

Hasil survei The Fed New York mungkin dapat menjadi alasan bagi otoritas moneter AS agar tidak menaikkan kembali suku bunga acuan.

Berita Rekomendasi

Sementara itu, rilis data tenaga kerja AS yang kuat pada hari Jumat (5/8/2022) lalu, telah meningkatkan taruhan untuk laporan harga konsumen AS di bulan Juli, terutama untuk prospek kebijakan The Fed.

Baca juga: Kenaikan Suku Bunga The Fed Bikin Ekonomi AS Makin Mengkerut

"Saham AS sedang berjuang untuk mempertahankan kenaikan, karena fokus bergerak dari pasar tenaga kerja AS yang kuat ke data CPI AS yang keluar akhir pekan ini," kata seorang analis di perusahaan jasa keuangan ANZ dalam sebuah catatan.

"Prioritas penurunan inflasi untuk menopang ekspansi permintaan domestik dan pertumbuhan lapangan kerja yang berkelanjutan akan terdengar jelas dari simposium Jackson Hole 25-27 Agustus," lanjutnya. 

Pada perdagangan Senin kemarin, Wall Street sebagian besar bergerak datar menyusul rilisnya data tenaga kerja AS pada pekan lalu, yang memperkuat ekspektasi The Fed untuk memerangi inflasi, sedangkan laporan pendapatan produsen chip Nvidia mengingatkan investor akan perlambatan ekonomi AS.

Indeks Dow Jones Industrial Average naik 0,09 persen, sementara indeks S&P 500 merosot 0,12 persen dan indeks Nasdaq Composite turun 0,1 persen.

Indeks dolar AS, yang melacak greenback terhadap mata uang utama lainnya, naik di 106,37.

Harga minyak melanjutkan penurunan, di tengah kekhawatiran mengenai penurunan permintaan pasokan karena bank sentral terus memperketat kebijakan moneternya.

Harga minyak mentah West texas Intermediate (WTI) AS turun 0,19 persen menjadi 90,59 dolar AS per barel, dan harga minyak mentah Brent turun menjadi 96,48 dolar AS per barel.

Kenaikan nilai dolar AS menjadi kemunduran bagi emas, meski berhasil bangkit dari posisi terendahnya yang dicapai pada Jumat lalu, diperdagangkan pada 1788,7731 dolar AS per ons.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas