Suntikan Valuta Asing Rusia Dorong Rebound Pada Perekonomian Turki
Pecahnya konflik panas antara Rusia dan Ukraina sejak Februari lalu, telah memicu terjadinya krisis energi hingga mendorong kenaikan harga
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, ANKARA – Perekonomian Turki belakangan mulai menunjukan sinyal rebound, setelah optimisme masyarakat dalam menjalankan roda perekonomian pasar global perlahan mulai mengalami peningkatan.
Pecahnya konflik panas antara Rusia dan Ukraina sejak Februari lalu, telah memicu terjadinya krisis energi hingga mendorong kenaikan harga energi dan pangan di pasar global.
Lonjakan ini lantas mengerek biaya pada semua komoditas impor di Turki, tercatat harga pangan melambung ke level tertinggi dengan kenaikan 129,3 persen, sementara harga BBM melonjak sebanyak 94,65 persen.
Baca juga: Cegah Devaluasi Lira, Turki Bayar Gas Rusia dengan Sistem Pembayaran Mir
Kenaikan biaya tersebut bahkan membuat laju Inflasi tahunan Turki ikut meroket ke level tertinggi menjadi 79,6 persen per Juli 2022, hingga mengantarkan negara pimpinan Erdogan ini jatuh kedalam jurang resesi.
Namun kondisi perekonomian Turki perlahan naik menuju zona hijau, setelah Rusia berencana untuk menyuntikan valuta asing kepada anak perusahan Turki.
Rencana ini muncul usai presiden Erdogan mengumumkan bahwa negaranya tengah memperluas penggunaan sistem pembayaran kartu Mir Rusia untuk pembelian gas dari Moskow.
Melalui kesepakatan tersebut, memungkinkan Turki untuk dapat menyisihkan greenback pada beberapa produk impornya.
Sehingga perekonomian Turki bisa bangkit hingga membuat pergerakan pasar obligasi naik, di mana ukuran benchmark mingguan Turki terpantau melompat jadi yang terbesar dalam 21 bulan terakhir.
Pemulihan juga terlihat pada harga konsumen tahunan di Turki yang mulai bergerak naik sebesar 80 persen, sementara pasar obligasi cenderung stabil dengan total valuta asing yang disimpan di bank-bank Turki melonjak mencapai 5,6 miliar dolar AS hanya dalam tujuh hari terakhir, dikutip dari Bloomberg.
Baca juga: Pertama Kali sejak Invasi, Kapal Gandum Ukraina Masuk Turki dan Bersiap ke Lebanon
Kondisi rebound juga terjadi pada pasar aset emas, menurut laporan ekonom Haluk Burumeski total cadangan emas Turki kini telah naik sebanyak 7,3 miliar menjadi 108,6 miliar dolar AS pada pekan lalu.
Selain membuat pergerakan pasar Turki bangkit, penggunaan sistem pembayaran MIR dan suntikan valuta asing dari Rusia membuat negara pimpinan Erdogan dapat mengurangi ketergantungannya pada dolar AS.
Sehingga nilai lira bisa perlahan pulih, meski saat ini nilai lira masih mengalami kejatuhan dimana dalam perdagangan Rabu (10/8/2022) nilai lira turun 0,4 persen menjadi 17,9568 terhadap dolar AS.