Menkeu Sri Mulyani Waspadai Dorongan Inflasi dari Harga Pangan dan Energi
Sri Mulyani menegaskan, Indonesia perlu mewaspadai inflasi yang didorong harga pangan. Sebab, angkanya sudah dikisaran 11,5 persen.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Muhammad Zulfikar
![Menkeu Sri Mulyani Waspadai Dorongan Inflasi dari Harga Pangan dan Energi](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/1st-g20-joint-finance-and-health-ministers-meeting-jfhmm-di-bawah-kepresidenan-g20-indonesia.jpg)
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani tengah mewaspadai pergerakan inflasi nasional. Terutama yang didorong oleh harga pangan.
Sri Mulyani menegaskan, Indonesia perlu mewaspadai inflasi yang didorong harga pangan. Sebab, angkanya sudah dikisaran 11,5 persen.
"Inflasi ini terutama yang didorong harga pangan karena sudah mencapai 11,5 persen," ujar Sri Mulyani saat konferensi pers APBN KiTa, Kamis (11/8/2022).
Baca juga: Sri Mulyani: Pembatasan Harga Beli Minyak Rusia Tak Akan Selesaikan Masalah di Pasar Energi
Kemudian yang kedua, menurut Sri Mulyani adalah inflasi yang berasal dari harga yang diatur pemerintah namun tidak semuanya bisa ditahan.
"Meskipun harga BBM Pertalite dan juga harga dari Solar, Elpiji, listrik, semuanya masih ditahan, namun kita lihat beberapa harga energi dan transportasi seperti tiket pesawat mengalami kenaikan," tutur Sri Mulyani.
Sri Mulyani mengimbau agar mewaspadai kedua faktor tersebut, yakni inflasi yang didorong harga pangan dan harga energi.
"Karena memang gejolak global adalah berasal dari food dan di Indonesia juga terkena 11,5 persen dan kemudian berasal dari energi yang kemudian diterjemahkan dalam beberapa barang yang diatur oleh pemerintah namun tidak semuanya bisa kita tahan," kata Sri Mulyani.
Baca juga: Dipicu Pandemi dan Perang di Ukraina, Sri Mulyani Sebut Krisis Pangan Global Bisa Berlangsung Lama
Saat ini, Indonesia telah menaikan subsidi di sektor energi sebesar Rp 502 triliun. Namun, apabila tidak ditahan harga energi akan jauh lebih tinggi dari 6,5 persen.
"Sedangkan inflasi core atau inti 2,9 persen sedikit menggambarkan ada kenaikan dan ini menggambarkan pemulihan ekonomi dari sisi demand mulai kuat, konsumsi meningkat, ekspor mulai meningkat, dan investasi mulai pulih," imbuh Sri Mulyani.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.