Krisis Energi di Eropa Jadi Berkah Buat Perusahaan Afrika, Ekspor Batubara Meroket 8 Kali Lipat
Perusahaan Thungela Resources yang berbasis di Afrika mengalami lonjakan ekspor batubara ke Eropa delapan kali lipat selama paruh pertama 2022
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, CAPE TOWN – Perusahaan batubara termal asal Afrika Selatan, Thungela Resources (TGAJ.J) mengalami lonjakan ekspor batubara ke Eropa delapan kali lipat selama paruh pertama 2022, Senin (15/8/2022).
"Ekspor batubara dari fasilitas Richards Bay Coal Terminal (RBCT) ke Eropa telah meningkat sekitar 720 persen, menjadi 4,1 juta ton pada semester pertama 2022," kata Kepala Keuangan Thungela, Deon Smith.
Angka tersebut melonjak drastis apabila dibandingkan dengan penjualan batubara di tahun 2021, mengutip dari Reuters lonjakan ekspor ini terjadi setelah Uni Eropa mengumumkan larangan impor batubara dari Rusia sebagai bagian dari sanksi atas invasinya ke Ukraina.
Meski larangan tersebut baru diberlakukan pada 10 Agustus mendatang, namun kekhawatiran negara – negara di Eropa akan terjadinya percepatan krisis energi imbas embargo batubara Rusia, membuat sebagian negara di UE kini mulai memborong produksi batubara dari Afrika Selatan.
Sejumlah negara Eropa yang telah menerima pasokan batubara fasilitas RBCT di sepanjang tahun ini yakni, Prancis dengan 464.432 ton, disusul Spanyol 355.250 ton, Polandia 181.515 ton, Belanda 1,27 juta ton, Jerman sebanyak 157.383 ton serta Prancis dengan 464.432.
Baca juga: Perusahaan India Gunakan Yuan untuk Impor Batubara Rusia
Aksi borong ini dilakukan negara – negara di UE untuk mencegah terjadinya krisis energi di musim dingin mendatang, tak hanya itu langkah ini dilakukan guna mengakhiri ketergantungan Eropa terhadap produk energi Rusia.
Melonjaknya permintaan produksi batubara di tengah ancaman krisis energi Eropa, telah membuat harga batubara ikut terkerek naik.
Reuters mencatat harga batubara dari perusahaan Thungela kini telah meroket menjadi 240 dolar AS per ton, melompat jauh apabila dibandingkan dengan tahun lalu dimana saat itu harga batubara hanya dipatok 75 dolar AS per ton.
Baca juga: Pasokan Gas Seret Bikin Pusing Belanda, Tiru Jerman Hidupkan Pembangkit Batubara
Namun di tengah meningkatnya permintaan batubara dari Eropa, Afrika Selatan belum mampu menambah kapasitas pengiriman mineral ke pelabuhan.
Menurut CEO Thungela, July Ndlovu saat ini lokomotif kereta api milik Afrika Selatan jumlahnya masih sangat terbatas. Hal tersebut yang membuat proses pengangkutan mineral ke pelabuhan mengalami sedikit perlambatan.