Brasil Masuki Musim Dingin, Ekspor Kopi Indonesia Naik 3 Kali Lipat
Karga kopi asal Indonesia di pasar ekspor saat ini meningkat tajam karena negara lain yang menjadi kompetitor kopi Indonesia menghadapi kendala iklim
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Karga kopi asal Indonesia di pasar ekspor saat ini meningkat tajam, bahkan naik sampai tiga kali lipat karena negara lain yang menjadi kompetitor kopi Indonesia menghadapi kendala iklim.
Co-founder sekaligus CEO dari Catur Coffee Company, Mikael Jasin mengatakan, saat ini negara penghasil kopi seperti Brazil sedang memasuki musim dingin sehingga produksi kurang maksimal.
"Ethiopia juga menghadapi masalah di negara sedangkan kontainer kopi dari Kolombia tidak bisa keluar karena tingginya harga ekspedisi imbas Covid-19," kata Mikael di sela-sela kerjasama dengan Bumiterra untuk mengurangi emisi karbon di Jakarta belum lama ini.
Kondisi ini membuat hanya produk kopi Arabika asal Indonesia yang bisa dijual dan karena permintaannya tinggi sementara barangnya langka membuat harganya tinggi.
Dikatakan bos perusahaan eksportir kopi asal Indonesia ini saat sama-sama berproduksi, harga kopi Indonesia sangat kompetitif namun mengingat negara lain tidak bisa menjual kopi maka harga kopi Indonesia meningkat tajam.
Baca juga: Tembus Pasar Global, Kemendag Lepas Ekspor Kopi Gayo ke Inggris
Dikatakan, harga kopi Indonesia memang terkadang pasang surut.
"Tahun 2018 lalu sempat krisis sehingga membuat harga turun banget rendah, sementara saat covid harga stabil," katanya.
Komitmen Kurangi Emisi Karbon
Terkait kerjasamanya dengan Bumiterra, kata Mikael ini merupakan wujud perusahaan kepada Pemerintah Indonesia guna mencapai target penurunan emisi karbon sebesar 29 persen atau setara dengan 314 juta ton gas karbondioksida hingga 2030.
Mikael mengatakan upaya menurunkan emisi karbon merupakan proyek berkelanjutan, yang mana akan tercapai dengan melibatkan semua pihak dari berbagai industri.
Program ini akan dimulai pada September 2022 dengan target pengurangan hingga akhir tahun sebesar 40 persen.
Baca juga: LPEI Genjot Ekspor Kopi Melalui Desa Devisa
"Selanjutnya, pada tahun 2023 perusahaan ini menetapkan pengurangan emisi karbon hingga 100 persen," katanya.
Mikael mengatakan, Bumiterra pun memiliki tujuan yang serupa dengan Catur Coffee Company dalam aspek ekonomi berkelanjutan.
Dalam kerja sama ini, mereka akan membeli karbon kredit yang merupakan komoditi hasil komodifikasi yang dapat diperjualbelikan, yang mana satu karbon kredit setara dengan pengurangan atau penyerapan satu ton karbon dioksida dari udara.
Sebagai informasi, penanaman dan perlindungan pohon yang akan dilakukan oleh pihak Catur Coffee Company berlokasi di Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah, yang didominasi dengan jenis tanah gambut.
Kontribusi yang dimiliki oleh lahan gambut di Indonesia dalam penyerapan emisi karbon cukup besar.
Diketahui lahan gambut mempunyai potensi untuk menyerap dan menampung hingga 30% emisi global. Hal ini membuat Kabupaten Katingan menjadi wilayah yang sesuai untuk menjalankan program tersebut.
Tara Lee Susanto mengatakan, adanya penanaman pohon ini, tak hanya melakukan reforestasi, tapi juga berkontribusi dalam melindungi lebih dari ribuan spesies yang ada pada wilayah tersebut.
"Harapannya dengan adanya kegiatan ini baik Catur Coffee Company dan Bumiterra dapat menginspirasi masyarakat untuk melakukan kegiatan pengurangan karbon," kata Tara.