Waspada, Banyak Penderita Awalnya Tak Sadar Terkena Kanker Tiroid
Seorang pejuang kanker tiroid dari Yayasan Pitatosca, menceritakan mengenai gejala awal dirinya terdiagnosa kanker tiroid.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Hasiolan Eko Purwanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Satu hal yang mesti diwaspadai dari penyakit kanker tiroid adalah kebanyakan penderita tidak sadar kalau mereka sudah menderita penyakit tersebut.
Hal itu menjadi satu di antara topik bahasan seminar 'Talkshow Tiroid : It’s Not You. It’s Your Thyroid’ belum lama ini.
Seminar yang berkenaan dengan World Thyroid Awareness Day 2022 ini digelar untuk meningkatkan kesadaran publik tentang kanker tiroid agar publik tidak terlambat melakukan penanganan medis.
Dela Listiya, seorang pejuang kanker tiroid dari Yayasan Pitatosca, menceritakan mengenai gejala awal dirinya terdiagnosa kanker tiroid.
Dela bercerita, kesadaran itu justru bukan dari dirinya sendiri, tetapi kerabat dan keluarga yang menyadari bahwa adanya pembesaran pada lehernya.
“Saya melihat ada perubahan pada diri saya seperti berjerawat, mudah stres dan beberapa celana saya kebesaran dan teman-teman saya juga berkomentar bahwa bagian leher saya terlihat sangat besar. Baru setelah itu saya melakukan pemeriksaan awal," kata Dela.
Hal ini juga ternyata dirasakan oleh Ir. Cahyaniati, M.Si yang juga merupakan pejuang kanker tiroid dan kanker payudara.
“Setelah 5 tahun saya survive dari kanker payudara, saya kembali merasakan kejanggalan pada diri saya, nafas saya merasa tersengal-sengal, saya kesulitan untuk berbicara dan saya mengalami batuk yang tidak kunjung usai sampai akhirnya saya melakukan PET Scan dan ditemukan adanya hiperkalsemi dan akhirnya saya disarankan untuk melakukan tiroidektomi (pengangkatan kelenjar tiroid),” katanya.
Menurut Paparan dr Arif Kurniawan, Sp.B(K)Onk selaku dokter bedah onkologi di RS Royal Mandaya Hospital, beliau mengatakan, benar gangguan yang terjadi pada tiroid kadang justru tidak dirasakan oleh pasien itu sendiri, tetapi oleh orang-orang di sekitarnya yang melihat perubahan tersebut ataupun terdeteksi karena adanya pengecekan yang tidak sengaja melalui Ultrasonografi (USG).
Dengan begitu deteksi dini dan awareness masyarakat terhadap kanker tiroid ini perlu ditingkatkan agar masyarakat bisa mendapatkan penanganan lebih dini.
Selain dari pendeteksian dini, pengobatan dan penatalaksanaan pada pasien pun harus tepat.
Pada kesempatan ini, dr Eko Purnomo, Sp.KN-TM(K) selaku ketua Perhimpunan Kedokteran Nuklir Indonesia (PKNI) menjelaskan bahwa proses pengobatan kanker tiroid selain dilakukan melalui pembedahan dilanjutkan dengan metode ablasi yaitu pembersihan sisa pembedahan dengan metode terapi nuklir.
“Biasanya masyarakat khawatir ketika mendengar kata nuklir, tetapi sebenarnya tidak perlu khawatir karena terapi nuklir ini bukan ditembakan tetapi metode ini merupakan metode terapi yang dilakukan dengan melalui sistem oral (diminum), sehingga pasien tidak perlu diinfus ataupun disuntik“, kata ketua PKNI.