Dalam Sebulan Ekspor 7,15 Juta Ton Minyak Mentah, Rusia Jadi Pemasok Energi Utama Bagi China
Total pengiriman minyak Rusia ke China sepanjang tahun 2022 naik mencapai 48,45 juta ton.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Diskon murah yang diberikan Presiden Rusia Vladimir Putin bagi para importir minyak di Moskow, telah membuat Rusia sukses mencatatkan diri sebagai pemasok energi utama bagi China.
Berdasarkan data Administrasi Umum Kepabeanan China selama bulan Juli kemarin total ekspor minyak yang dilakukan Rusia ke China via pipa Samudra Pasifik Siberia Timur, jalur Pelabuhan Eropa serta jalur pipa Timur Jauh telah melonjak drastis sebanyak 7,15 juta ton.
Hingga total pengiriman minyak Rusia ke China sepanjang tahun 2022 naik mencapai 48,45 juta ton.
Baca juga: Tak Terpengaruh Sanksi Barat, Pendapatan Ekspor Minyak Rusia Malah Meningkat 38 Persen
Jumlah ekspor tersebut melompat 7,6 persen apabila dibandingkan dengan total ekspor minyak Rusia ke China pada tahun 2021.
Bahkan berkat ekspor tersebut Rusia dapat menyalip posisi Arab Saudi, dimana negara timur tengah tersebut kini berada di urutan kedua sebagai pemasok minyak China dengan total pengiriman sebesar 6,56 juta ton.
Tak hanya mengalahkan posisi Arab Saudi, peningkatan ekspor minyak yang dilakukan Rusia juga telah membuat negara pimpinan Putin ini berhasil mengalahkan negara eksportir minyak dari Afrika dan AS.
Tercatat selama dua kuartal ini, Rusia sukses menekan pasokan dari Angola ke China sebanyak 27 persen, dan 58 persen minyak dari Brasil ke Beijing.
Meski jumlah pasokan minyak Rusia ke China di sepanjang tahun 2022 tembus 48,45 juta ton, namun angka tersebut masih tertinggal 1 persen apabila dibandingkan jumlah impor year-to-date China dari Saudi pada tahun 2021 lalu dimana saat itu Arab Saudi memasok 49,84 juta ton.
Selain adanya diskon besar – besaran yang dilakukan Putin, melonjaknya permintaan ekspor minyak Rusia lantaran bea cukai China secara resmi menghentikan pembelian dari dua perusahaan minyak yang berasal dari Venezuela dan Iran sejak 2019, karena takut melanggar sanksi sekunder yang telah ditetapkan AS.
Baca juga: Kelompok G7 Pertimbangan Sanksi Baru Terkait Pembatasan Keuntungan Minyak Rusia
Diperkirakan jumlah ekspor minyak Rusia kepada China akan terus meningkat hingga beberapa bulan kedepan, mengingat harga energi yang ditawarkan Rusia ke China jauh lebih murah apabila dibandingkan dengan harga energi dipasar global.
Dengan adanya peningkatan tersebut pendapatan Rusia dari ekspor energi naik 38 persen menjadi 337,5 miliar dolar AS hanya dalam kurun waktu dua kuartal.