Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

17 Bulan ditahan, Kini BI Naikkan Suku Bunga Acuan, Ekonom : Tanda Harga BBM Subsidi Segera Naik

Kenaikan suku bunga acuan dilakukan Bank Indonesia (BI) setelah menahan dalam waktu 17 bulan sejak 18 Maret 2022.

Penulis: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in 17 Bulan ditahan, Kini BI Naikkan Suku Bunga Acuan, Ekonom : Tanda Harga BBM Subsidi Segera Naik
Hendra Gunawan/Tribunnews.com
Persediaan pertalite di SPBU Jl Palmerah, Jakarta Barat habis pada Selasa (16/8/2022). Pemerintah berencana menyesuaikan harga BBM bersubsidi. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 3,75 persen, dinilai sebagai tanda kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis Pertalite dan Solar akan segera diumumkan pemerintah.

Kenaikan suku bunga acuan ini dilakukan Bank Indonesia (BI) setelah menahan dalam waktu 17 bulan sejak 18 Maret 2022.

Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, kenaikan suku bunga acuan sepertinya indikasi bahwa BBM subsidi akan naik dalam waktu singkat.

Baca juga: Respon 2 Bank Besar Setelah Bank Indonesia Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 3,75 Persen

Ia menyebut, kalau BBM subsidi naiknya 30 persen maka ke depan BI diperkirakan akan menambah bunga acuan sebesar 75 basis poin hingga 100 basis poin sepanjang tahun.

"Semua sedang menghitung efek naiknya harga BBM subsidi terhadap kurs rupiah dan inflasi," kata Bhima kepada Tribun, Rabu (24/8/2022).

Namun, Bhima mengingatkan bahwa kenaikan suku bunga juga perlu dicermati efeknya terhadap beban pembayaran bunga yang ditanggung masyarakat dan pelaku usaha.

"Cost of fund naik, ditambah harga BBM naik, maka konsumsi rumah tangga akan di rem. Imbasnya terjadi kontraksi pada pertumbuhan ekonomi," ujar Bhima.

Berita Rekomendasi

Lebih lanjut Bhima mengatakan, langkah menaikkan suku bunga acuan juga menandakan kekhawatiran terhadap berakhirnya booming harga komoditas dan ini dapat memicu pelemahan devisa ekspor yang signifikan.

"Price reversal atau pembalikan arah harga komoditas saat ini cukup membahayakan stabilitas kurs rupiah. Terlebih dolar AS terus menguat. Dolar index naik menjadi 109 atau menguat 13,4 persen year to date. Dolar bisa mengamuk dan menekan kurs rupiah dalam jangka 3-6 bulan ke depan," katanya.

Baca juga: Dalam Rapat Paripurna DPR, Demokrat dan PKS Tolak Kenaikan Harga BBM

"Ini bukan kenaikan suku bunga yang pertama tahun ini, perlu bersiap suku bunga naik secara persisten hingga tahun depan," sambung Bhima.

Tahan Inflasi

Bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 3,75 persen.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan, keputusan tersebut diambil berdasarkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 22-23 Agustus 2022.

"Rapat dewan gubernur Bank Indonesia pada tanggal 22 dan 23 Agustus 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 3,75 persen," ucap Perry dalam konferensi pers Bank Indonesia, Selasa (23/8/2022).

Baca juga: Harga Pertalite dan Solar Naik, Ekonom Prediksi Inflasi Akan Melonjak di Atas 7 Persen 

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas