Pendapat Analis Tentang Prospek Kinerja Mitratel Positif Pasca Akuisisi 6.000 Menara Telkomsel
Equity Research Analyst PT BCA Sekuritas menyebutkan akuisisi Mitratel terhadap menara Telkomsel dengan nilai transaksi mencapai Rp10,28 triliun.
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Prospek kinerja perusahaan operator menara seluler PT Dayamitra Telekomunikasi, Tbk (MTEL) atau Mitratel diyakini analis bakal makin positif pasca akuisisi atas 6.000 menara milik Telkomsel.
Analis mengatakan, transaksi ini berpeluang mendorong pertumbuhan organik kinerja Mitratel tahun ini dan tahun depan.
Mohammad Fakhrul Arifin, Equity Research Analyst PT BCA Sekuritas menyebutkan akuisisi Mitratel terhadap menara Telkomsel dengan nilai transaksi mencapai Rp10,28 triliun.
Dalam transaksi ini juga disepakati perjanjian sewa kembali 6.000 menara oleh Mitratel kepada Telkomsel, komitmen Telkomsel untuk memesan 1.000 BTS dari Mitratel dalam 3 tahun ke depan, serta sewa 712 lahan milik Telkomsel tempat menara tersebut berada.
Baca juga: Mitratel Tawarkan Skema Bisnis Atraktif ke Semua Operator Telekomunikasi
“Kami melihat akuisisi ini akan menjadi hal positif bagi prospek kinerja Mitratel. Akuisisi ini membutuhkan sekitar 73,4 persen dari proyeksi kami atas belanja modal Mitratel di 2022. Perlu dicatat bahwa rasio sewa menara yang diakuisisi mencapai 1x karena sebelumnya menara ini eksklusif hanya untuk Telkomsel,” ujar Fakhrul di Jakarta, baru-baru ini.
Fakhrul menilai Mitratel memiliki struktur permodalan yang kuat dengan alokasi belanja modal cukup besar yakni Rp14 triliun. Kuatnya permodalan ini bisa mendorong Mitratel memperbesar skala perusahaan dan memperkuat ekspansi organik dan anorganik.
Menurut Fakhrul, Mitratel memiliki total lebih dari 34.800 menara dan 49.900 penyewa, sehingga menyiratkan 1,43x rasio kolokasi. Penurunan ini pada dasarnya logis dalam pandangan kami, mengingat menara yang diperoleh dari akuisisi sebelumnya hanya dipakai oleh Telkomsel.
“Transaksi ini pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan nilai perusahaan, sehingga memberikan potensi tambahan pertumbuhan sekitar 2-3 persen, sesuai dari prediksi terbaru perusahaan dan sejalan dengan perkiraan kami,” ujar Fakhrul.
Dari sisi operasional, dampak transaksi akuisisi menara Telkomsel ini menurut Fakhrul akan bisa dilihat dalam kinerja Mitratel pada kuartal IV 2022 dan proyeksi kinerja 2023.
Meskipun nantinya bisa berdampak rasio kinerja nonorganik, namun dia memprediksi penggerak utama pertumbuhan Mitratel di semester II 2022 ialah dari segmen organik yang berpotensi tumbuh lebih sehat dan mendongkrak rasio kolokasi. "Karena itu, kami mengubah prospek proyeksi kami atas rasio kolokasi Mitratel menjadi 1,46x dan 1,5x pada 2022 dan 2023,” ujarnya.
BCA Sekuritas memberikan rekomendasi beli (buy) terhadap saham MTEL dengan target Rp950 per saham. Target harga saham itu mempertimbangkan rata-rata pertumbuhan tahunan (CAGR) pendapatan Mitratel pada 2021-2023 diprediksi 12,2% dan pendapatan perusahaan yang belum dikurangi bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) 14,2% di periode yang sama. Hal itu menyiratkan EV/EBITDA 13,4x.
Baca juga: Mitratel Siapkan Dana Rp 1 Triliun untuk Buyback Saham
Harga saham MTEL pada penutupan perdagangan Jumat (26/8/2022) di level Rp795 per saham. Sepekan dan 6 bulan terakhir, harga saham MTEL meroket 15%, serta setahun terakhir, melesat 30 persen.
Kinerja Semester I 2022
Dalam risetnya, Fakhrul mengungkapkan MTEL membukukan laba bersih di semester I 2022 senilai Rp892 miliar, atau tumbuh 27% secara tahunan (YoY). Laba bersih MTEL yang tumbuh kuat terutama berasal dari pendapatan operasional yang lebih tinggi seiring dengan pertumbuhan jumlah penyewa dan lokasi menara.
“Perusahaan telah berhasil mempertahankan posisi leverage-nya di tingkat yang sehat, jauh di bawah perjanjian utangnya. Meskipun rencana akuisisi MTEL mungkin butuh modal besar, namun kami melihat perusahaan tidak akan butuh banyak utang. Sebab perusahaan masih mengantongi cukup dana dari IPO,” dia menjelaskan.
Pada catatan terpisah, Fakhrul percaya kebutuhan serat optik sangat penting di tengah digitalisasi. Mitratel yang telah merealisasi 89% dari target serat optik di 2022, perseoran berpeluang meraih keuntungan di era jaringan 5G. “Ke depan, momentum pertumbuhan yang lebih sehat pasca konsolidasi, seharusnya terjamin,” ujarnya.
Baca juga: RUPST Mitratel Setujui Penambahan Satu Komisaris
Awal bulan ini Mitratel mengumumkan telah menandatangani Perjanjian Jual Beli (Sales & Purchase Agreement/SPA) untuk pengambilalihan 6.000 menara Telkomsel. Jumlah tersebut adalah target anorganik sampai dengan tahun 2023 yang telah direalisasikan pada tahun 2022 ini.
Direktur Utama Mitratel, Theodorus Ardi Hartoko menyatakan pengambilalihan 6.0000 menara Telkomsel ini bisa menjadi modal utama perseroan untuk ekspansi pasar dan mendukung ekselerasi implementasi jaringan 5G di Indonesia.
“Ini akan menambah alat produksi Mitratel dan juga akan menegaskan Mitratel sebagai perusahaan Tower Provider terbesar di Indonesia,” ujar Theodorus yang biasa disapa Teddy Hartoko.
Sebanyak 6.000 menara yang diakuisisi Mitratel dari Telkomsel berada di sejumlah lokasi strategis yang tersebar di seluruh Indonesia, untuk mendukung percepatan penambahan potensi kolokasi dan pengembangan tower related business.
Mitratel juga telah menyiapkan infrastruktur telekomunikasi, baik itu menara, fiber optic dan power to tower yang tersebar di seluruh Indonesia, khususnya di luar Jawa, yang akan memberikan kemudahan kepada operator-operator telekomunikasi, maupun non operator untuk memanfaatkan solusi terlengkap dan terintegrasi yang telah dimiliki oleh Mitratel.
Berdasarkan seluruh keunggulan yang telah disebutkan diatas, hal ini menandakan bahwa Mitratel merupakan perusahaan tower provider terbesar di Indonesia yang siap dalam menyongsong era jaringan 5G di Indonesia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.