Jumlah Tenaga Kerja AS Meningkat Melampaui Ekspektasi, Meski Ekonomi di Bayangi Resesi
Angka pekerjaan penggajian non-pertanian atau Nonfarm payrolls (NFP) selama bulan Agustus kemarin melonjak jadi 315.000.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Pasar tenaga kerja Amerika Serikat kembali mencatatkan kenaikan selama bulan Agustus 2022, meski ekonomi AS tengah dibayangi perlambatan atau resesi.
Namun hal tersebut tak lantas mengurangi jumlah lapangan kerja.
Menurut data yang dirilis Departemen Tenaga Kerja AS angka Pekerjaan penggajian non-pertanian atau Nonfarm payrolls (NFP) selama bulan Agustus kemarin melonjak jadi 315.000.
Angka NFP ini naik lebih tinggi dari proyeksi ekonom dibulan lalu dimana saat itu mereka memperkirakan NFP berada di level 300.000.
Baca juga: Dibayangi Resesi Ekonomi, Harga Minyak Dunia Anjlok ke Level 94,84 Dolar AS Per Barel
“Ini benar-benar apa yang Fed harapkan, Lebih banyak orang kembali ke pasar tenaga kerja. Itu membantu mengurangi ketatnya pasar itu.” ujar mantan gubernur Fed dan profesor Universitas Chicago Randall Kroszner.
Mengutip dari Bloomberg kenaikan ini terjadi lantaran terdorong oleh adanya lonjakan lowongan kerja terbuka sebanyak 62,4 persen, dipimpin oleh layanan profesional dan bisnis, perawatan kesehatan, dan perdagangan eceran.
Tak hanya itu meningkatnya angka pencari kerja usia produktif yang naik 82,8 persen juga menjadi faktor pendorong meningkatnya angka NFP di bulan Agustus.
Meski saat ini tingkat pengangguran di AS naik dari 3,5 persen menjadi 3,7 persen, namun dengan adanya peningkatan NFP kini The Fed semakin yakin apabila suku bunga acuan dapat kembali dikerek naik tanpa memicu resesi.
Baca juga: Resesi Datang dalam Waktu Dekat, Goldman Sachs Sarankan Timbun Komoditi
Setelah dua kuartal sebelumnya angka permintaan tenaga kerja AS melemah di tengah perlambatan ekonomi.
“Laporan Agustus berisi beberapa kabar baik bagi peluang The Fed untuk melakukan soft landing, dengan lebih banyak orang bergabung dengan angkatan kerja. Selama tren itu dipertahankan, pertumbuhan upah bisa moderat bahkan saat perekrutan yang kuat terus berlanjut.” Kata Bloomberg Economics.
Sejalan dengan kenaikan pasar tenaga kerja, belakangan ini pemerintah juga turutmengubah kebijakannya dengan menaikan penghasilan per jam karyawan di AS sebanyak 0,3 persen dari bulan sebelumnya dan melonjak 5,2 persen apabila dibanding dengan tahun lalu.
Meski kinerja pasar menunjukan respon positif , namun hal tersebut tak lantas mengubah sikap hawkish The Fed.
Justru dalam pidatonya minggu lalu di simposium, Jackson Hole, Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengisyaratkan bahwa pihaknya akan terus memperketat kebijakan moneter hingga inflasi menuju target Fed sebesar 2 persen.
"Secara keseluruhan, ini adalah kumpulan data yang bagus dan mendukung pasar kerja yang tangguh dan ketat. Laporan hari ini tidak banyak mengubah tekad hawkish Fed tetapi sedikit mendukung narasi inflasi AS puncak," jelas Janet Mui, kepala analisis pasar di Wealth Manager Brewin Dolphin.