Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Gandeng Huayou, Vale Akan Produksi 60 Ribu Ton Olahan Bijih Nikel per Tahun

Kerja sama kedua pihak telah dimulai awal tahun ini dan Huayou melakukan studi kelayakan.

Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Gandeng Huayou, Vale Akan Produksi 60 Ribu Ton Olahan Bijih Nikel per Tahun
Tribunnews/HO/Biro Pers Setpres/Laily Rachev
Presiden Joko Widodo meresmikan smelter nikel milik PT Gunbuster Nickel Industry (GNI) yang terletak di Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Acara peresmian digelar di pabrik PT GNI di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, Senin (27/12/2021). Pada kesempatan itu, Presiden Jokowi juga menyempatkan berkeliling melihat proses pengolahan bijih nikel (nickel ore) di pabrik tersebut, termasuk area nickel ore stockpile yaitu tempat penumpukan bahan mentah bijih nikel. Tribunnews/HO/Biro Pers Setpres/Laily Rachev 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Vale Indonesia Tbk (NICO) kembali menyepakati kerja sama dengan Zhejiang Huayou Cobalt Company (Huayou) untuk mengembangkan smelter berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Sorowako.

Chief Executive Officer (CEO) PT Vale Indonesia Tbk Febriany Eddy mengatakan, kerja sama kedua pihak telah dimulai awal tahun ini dan Huayou melakukan studi kelayakan.

"Studi kelayakan telah disimpulkan dengan hasil positif. Dengan itu, kedua belah pihak sepakat untuk meningkatkan kerja sama, dengan menandatangani The Heads of Agreement (HoA) yang akan menjadi acuan untuk kesepakatan lebih lanjut," ujarnya dalam konferensi pers "Penandatanganan Heads of Agreement Sorowako HPAL", Selasa (13/9/2022).

Baca juga: Anggota Komisi VII DPR Dukung Jokowi Lanjutkan Hilirisasi Nikel untuk Kemakmuran Rakyat

Adapun pabrik HPAL baru tersebut akan mengolah bijih nikel limonit menjadi produk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dengan kapasitas produksi tahunan mencapai 60.000 ton produk nikel dalam MHP.

"MHP kemudian dapat diolah menjadi bahan untuk komponen baterai, misalnya untuk kendaraan listrik," kata Febri.

Sementara itu, keputusan investasi final alias final investment decision (FID) di Sorowako diperkirakan awal tahun depan, dengan masa kontruksi smelter hingga 3 tahun.

Berita Rekomendasi

Febri menambahkan, alokasi belanja modal atau capital expenditure (capex) untuk proyek smelter ini mencapai 1,8 miliar dolar Amerika Serikat (AS).

"Sebesar 1,8 miliar dolar AS capex targetnya. Ini proyek strategis bahan baku baterai untuk buat mobil listrik," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas