Gandeng Huayou, Vale Akan Produksi 60 Ribu Ton Olahan Bijih Nikel per Tahun
Kerja sama kedua pihak telah dimulai awal tahun ini dan Huayou melakukan studi kelayakan.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Vale Indonesia Tbk (NICO) kembali menyepakati kerja sama dengan Zhejiang Huayou Cobalt Company (Huayou) untuk mengembangkan smelter berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Sorowako.
Chief Executive Officer (CEO) PT Vale Indonesia Tbk Febriany Eddy mengatakan, kerja sama kedua pihak telah dimulai awal tahun ini dan Huayou melakukan studi kelayakan.
"Studi kelayakan telah disimpulkan dengan hasil positif. Dengan itu, kedua belah pihak sepakat untuk meningkatkan kerja sama, dengan menandatangani The Heads of Agreement (HoA) yang akan menjadi acuan untuk kesepakatan lebih lanjut," ujarnya dalam konferensi pers "Penandatanganan Heads of Agreement Sorowako HPAL", Selasa (13/9/2022).
Baca juga: Anggota Komisi VII DPR Dukung Jokowi Lanjutkan Hilirisasi Nikel untuk Kemakmuran Rakyat
Adapun pabrik HPAL baru tersebut akan mengolah bijih nikel limonit menjadi produk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dengan kapasitas produksi tahunan mencapai 60.000 ton produk nikel dalam MHP.
"MHP kemudian dapat diolah menjadi bahan untuk komponen baterai, misalnya untuk kendaraan listrik," kata Febri.
Sementara itu, keputusan investasi final alias final investment decision (FID) di Sorowako diperkirakan awal tahun depan, dengan masa kontruksi smelter hingga 3 tahun.
Febri menambahkan, alokasi belanja modal atau capital expenditure (capex) untuk proyek smelter ini mencapai 1,8 miliar dolar Amerika Serikat (AS).
"Sebesar 1,8 miliar dolar AS capex targetnya. Ini proyek strategis bahan baku baterai untuk buat mobil listrik," pungkasnya.