Perang Dagang Amerika Serikat dan China Memanas Lagi, Berdampak Positif ke Indonesia?
kedatangan ketua DPR AS ke Taiwan menyulut kembali emosi China yang menganggap sebagai tindakan provokasi.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembatasan ekspor chip semikonduktor Amerika Serikat (AS) ke China memberikan spekulasi tensi politik kedua negara itu kembali meningkat.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, hal ini menimbulkan potensi berlanjutnya perang dagang setelah sempat mereda di semester lalu dengan adanya pembebasan tarif untuk 352 produk asal China.
"Padahal pada tahun 2020, terdapat 549 produk asal China yang memberlakukan tarif sejak dikenakan sanksi pada 2018," ujar dia melalui risetnya, Kamis (15/9/2022).
Baca juga: Produksi Chip 3-Nm TSMC Terganggu Inflasi, Krisis Pasokan Semikonduktor Diprediksi Berlanjut
Namun, kedatangan ketua DPR AS ke Taiwan menyulut kembali emosi China yang menganggap sebagai tindakan provokasi, di mana China menganggap AS mendukung Taiwan sebagai sebuah negara.
Menurut Nico, inilah yang kembali memicu meningkatnya tensi pollitik antara kedua negara kuat di dunia tersebut.
Kemudian, rencananya AS akan mengumumkan pembatasan ekspor dengan menerbitkan surat kepada tiga perusahaan AS yaitu KLA Corp, Lam Research Corp dan Applied Materials Inc. pada September ini.
Surat tersebut melarang ekspor pembuatan chip semikonduktor ke pabrik China yang memproduksi semikonduktor kecuali pemasok memiliki lisensi Departemen Perdagangan.
Hal ini merupakan langkah yang ditempuh untuk menghentikan China dalam pembuatan teknologi menggunakan teknologi AS.
Industri yang dilihat sebagai senjata untuk mencekik China yaitu chip semikonduktor yang memang dibutuhkan dalam membuat peralatan elektronik, manufaktur dan Artificial Intelegence.
Terlebih, jika ditelisik lebih jauh terkait chip semikonduktor ini tengah mengalami perlambatan sejak pandemic hingga memicu krisis di saat pemulihan ekonomi global.
Sementara, kebakaran hebat di pabrik pembuatan chip miliki Renesas di NAKA Jepang, membuat resah industri otomotif dan elektronik global sebagai Renesas juga merupakan pemasok hampir sepertiga pangsa pasar global untuk chip mikrokontroller yang digunakan di dalam mobil.
Baca juga: Saham Produsen Chip Semikonduktor Beijing Melonjak 6,8 Persen saat Ketegangan AS-China Meningkat
"Hal yang menandakan meningkatnya ketegangan kedua negara tersebut. Jika kembali ke masa perang dagang yang terjadi sebelumnya atau masih dalam kendali Presiden Donald Trump, banyak kebijakan yang memang cukup kontroversial seperti perintah larangan untuk berinvestasi di perusahaan China, larangan investor AS untuk memperdagangkan sekuritas yang berhubungan dengan China Telecom maupun China Mobile," kata Nico.
Dia menambahkan, berbagai kemungkinan bukan tidak mungkin terjadi apabila kembali mencuatnya perang dagang lanjutan.
"Apalagi kalau kita perhatikan, kebijakan-kebijakan yang kontroversial di mana diberlakukan sebelumnya bisa terjadi. Dengan demikian, ada ekspektasi bahwa dampak perang dagang tersebut turut berimbas terhadap Indonesia, salah satunya yaitu relokasi pabrik dari perusahaan-perusahaan di China dengan pertimbangan biaya logistik yang relatif lebih murah dan secara geografis lebih dekat dengan China," pungkasnya.