Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Kebijakan Bank Sentral Amerika Jadi Fokus Pelaku Pasar Tiga Hari ke Depan 

The Fed akan kembali menetapkan kebijakan moneternya dan diperkirakan akan melakukan pengetatan moneter lebih agresif.

Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Kebijakan Bank Sentral Amerika Jadi Fokus Pelaku Pasar Tiga Hari ke Depan 
Ledger Insights
Pelaku pasar dan investor akan terfokus pada Bank Sentral Amerika Serikat The Fed yang diperkirakan akan melakukan pengetatan moneter lebih agresif. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam tiga hari mendatang, pelaku pasar dan investor akan terfokus pada langkah Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed yang diperkirakan akan melakukan pengetatan moneter lebih agresif.

"Melambatnya penurunan inflasi dapat kembali memberikan ekspektasi bahwa suku bunga akan terus dinaikan pada tingkat yang lebih tinggi. Ini yang akan direspon oleh negara lainnya melalui kebijakan moneternya," ujar Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus dalam risetnya, Selasa (20/9/2022). 

Dia menilai, Bank Indonesia (BI) sangat transparan dalam memberikan sinyal dan mengkomunikasikan ekspektasi kenaikan inflasi, sehingga akan terlihat arah gerak ekonomi. 

"Hal tersebut juga akan menjadi arah pergerakan aktivitas bisnis dan investasi. Mengurangi pengetatan moneter juga dapat dilakukan atau dalam arti lebih prudent dalam mengambil keputusan moneter," kata Nico. 

Dia mengatakan, negara berkembang dapat mengambil langkah memperkuat cadangan devisa serta aturan dari sisi makro-prudensialnya. 

Hal lain yang dapat dilakukan bank sentral adalah mengalihkan dari pengurangan konsumsi menjadi peningkatan produksi yang dinilai mendorong pertumbuhan. 

Baca juga: Inflasi Amerika Melonjak, The Fed Diprediksi Bakal Naikkan Suku Bunga Hingga 100 Basis Poin

Berita Rekomendasi

Ini tentunya harus disesuaikan dengan karakteristik produknya atau non-durable goods dengan catatan mempertahankan efektifitas dan efisiensi. 

Bank Dunia memperkirakan tahun depan GDP global akan melambat menjadi 0,5 persen yang mengarah kepada jurang resesi. 

Baca juga: Harga Emas Tertekan Penguatan Dolar AS Jelang Pertemuan The Fed Soal Suku Bunga

Hal tersebut berpotensi memicu penurunan harga komoditas, terutama minyak mentah. Harga minyak terpantau turun ke level di bawah 90 dolar AS per barel.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas