Analis Beberkan Faktor Pemicu Rupiah yang Terus Melemah hingga Sentuh Rp 15 Ribu Per Dolar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sempat menyentuh level psikologis Rp 15 ribu pada perdagangan hari ini, dan akhirnya kembali di sekira Rp 14.998
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, kenaikan tingkat suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed telah mendorong penguatan dolar AS.
Sementara itu jarak antara suku bunga The Fed dengan Bank Indonesia juga semakin sempit, sehingga tentu potensi repatriasi dana asing lebih besar, yang membuat posisi dolar kian semakin kuat.
"Namun, pelemahan rupiah sejauh ini masih dalam batas toleransi, apalagi situasi dan kondisi dunia juga tengah dalam keadaan yang penuh dengan ketidakapstian. Wajar rasanya apabila rupiah berada di level saat ini," ujarnya melalui pesan singkat kepada Tribunnews.com, Rabu (21/9/2022).
Baca juga: Pengamat Pasar Uang: Pelemahan Rupiah di Level Rp15.000 Per Dolar Masih Akan Berlanjut
Diketahui, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sempat menyentuh level psikologis Rp 15 ribu pada perdagangan hari ini, sampai akhirnya kembali di sekira Rp 14.998.
Nico mengungkapkan, pelemahan mata uang Indonesia tidak mungkin dibiarkan terus-menerus hingga berdampak merugikan perekonomian nasional.
"Apalagi para pihak tentu akan melakukan intervensi apabila level rupiah mengalami pelemahan lebih dari batas toleransinya," katanya.
Sementara itu, dia menilai pengaruh rapat The Fed hari ini sangat besar, karena sebagai tolok ukur bank sentral dunia yang tentu akan menyedot perhatian.
Baca juga: Jelang Pengumuman Suku Bunga The Fed, Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Bergerak di Atas Rp15.000
"Apalagi dengan kenaikan tingkat suku bunga The Fed, akan mendorong tingkat suku bunga di berbagai negara juga mengalami kenaikkan. Hal ini tentu akan memberikan tekanan terhadap daya beli, konsumsi, dan investasi," pungkas Nico.