Pengamat Pasar Uang: Pelemahan Rupiah di Level Rp15.000 Per Dolar Masih Akan Berlanjut
Pasar mengantisipasi kemungkinan The Fed memberikan indikasi kebijakan pengetatan moneter atau kenaikan suku bunga acuan akan terus dilakukan.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Seno Tri Sulistiyono

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pelemahan rupiah hingga sempat menyentuh level Rp 15.000 per dolar Amerika Serikat (AS), karena antisipasi pasar terhadap hasil rapat Bank Sentral AS yang akan diumumkan dini hari nanti.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan, pasar mengantisipasi kemungkinan The Fed memberikan indikasi bahwa kebijakan pengetatan moneter atau kenaikan suku bunga acuan akan terus dilakukan.
"Kenaikan terus dilakukan hingga tingkat inflasi AS turun ke level target di kisaran 2 persen," ujarnya melalui pesan singkat kepada Tribunnews.com, Rabu (21/9/2022).
Baca juga: Jelang Pengumuman Suku Bunga The Fed, Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Bergerak di Atas Rp15.000
Karena itu, kalau terindikasi kelanjutan pengetatan moneter, dolar AS mungkin bisa menguat lagi terhadap nilai tukar lainnya termasuk rupiah.
Sementara itu, menurut Ariston bisnis yang terkait ekspor yang mendapatkan keuntungan terkait penguatan mata uang Negeri Paman Sam.
Meski ekspor pastinya diuntungkan dengan pelemahan rupiah, tapi di sisi lain harga barang-barang konsumsi yang mengandung bahan impor bisa naik dan mengurangi permintaan.
Adapun dari sisi pemerintah, Ariston menambahkan, nilai tukar rupiah masih dalam rentang proyeksi dalam APBN tahun 2022.
"Level rupiah yang sekarang masih dalam asumsi makro yang dibuat pemerintah untuk tahun 2022, antara Rp 14.500 hingga Rp 14.900 per dolar AS," pungkasnya.