Harga Minyak Merosot 1 Persen, Terseret Kenaikan Suku Bunga The Fed
Harga minyak mentah berjangka Brent turun 79 sen atau 0,9 persen, menjadi 89,83 dolar AS per barel pada penutupan perdagangan kemarin.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Harga minyak turun sekitar 1 persen dalam perdagangan yang bergejolak pada hari Rabu (21/9/2022) kemarin, setelah Federal Reserve AS (The Fed) mengumumkan kenaikan suku bunga untuk meredam inflasi.
The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin untuk ketiga kalinya, ke kisaran 3,00-3,25 persen, dan mengisyaratkan kenaikan yang lebih besar di masa mendatang.
Aset berisiko seperti saham dan komoditas seperti minyak jatuh setelah The Fed mengumumkan kenaikan suku bunga.
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent turun 79 sen atau 0,9 persen, menjadi 89,83 dolar AS per barel pada penutupan perdagangan kemarin.
Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 1,2 persen atau 1 dolar AS menuju ke level 82,94 dolar AS per barel.
Di awal sesi perdagangan kemarin, harga minyak naik lebih dari 2 dolar AS per barel di tengah kekhawatiran mobilisasi pasukan Rusia, sebelum akhirnya turun lebih dari 1 dolar AS karena penguatan dolar AS dan penurunan permintaan bensin di Amerika Serikat.
Baca juga: Harga Minyak Anjlok, Investor Antisipasi Kenaikan Suku Bunga The Fed
Menurut Administrasi Informasi Energi AS (EIA), permintaan bensin di Negeri Paman Sam selama empat minggu terakhir turun menjadi 8,5 juta barel per hari, menjadi permintaan terendah sejak bulan Februari.
"Titik data yang menonjol adalah melemahnya permintaan bensin yang berkelanjutan. Ini benar-benar yang menghantui pasar ini," kata mitra di Again Capital LLC di New York, John Kilduff.
Baca juga: Harga Minyak Anjlok karena Kekhawatiran Penurunan Permintaan dan Penguatan Dolar AS
Sementara konflik di Ukraina semakin memanas ketika Pemimpin Rusia Vladimir Putin memanggil 300.000 tentara cadangan untuk berperang di Kyiv, dan mendukung rencana untuk mencaplok wilayah di negara itu. Putin juga mengisyaratkan penggunaan senjata nuklir dalam konflik tersebut.
Presiden AS Joe Biden menyebut rencana Rusia untuk menggunakan senjata nuklir adalah tindakan yang "sembrono" dan "tidak bertanggung jawab".
Harga minyak melonjak ke level tertinggi pada bulan Maret setelah perang Ukraina pecah. Sanksi Uni Eropa yang melarang impor minyak mentah Rusia melalui laut akan mulai berlaku pada 5 Desember mendatang.
"Sebagian besar penurunan hari ini muncul terkait dengan penguatan dolar AS dan kami masih melihat arah dolar AS jangka pendek sebagai komponen penting dalam menilai arah harga minyak jangka pendek," kata analis di perusahaan konsultan energi Ritterbusch and Associates.
Namun tanda-tanda pemulihan permintaan bahan bakar di China telah mendorong kenaikan harga minyak di awal sesi perdagangan kemarin.
Di Amerika Serikat, berita ekonomi tidak begitu baik, dengan penjualan rumah untuk bulan Agustus turun. Hal ini menjadi penurunan penjualan rumah dalam tujuh bulan berturut-turut di tengah melonjaknya tingkat hipotek.
Sementara di Eropa, "pemerintah semakin mengintervensi pasar energi dalam upaya untuk mencegah krisis ekonomi," kata analis di perusahaan konsultan energi EBW Analytics dalam sebuah catatan.
Jerman, negara dengan ekonomi terbesar di Eropa, setuju untuk menasionalisasi perusahaan gas alam Uniper SE, sementara pemerintah Inggris mengatakan akan membatasi biaya grosir listrik dan gas untuk bisnis.