Rupiah Bisa Melemah ke Rp 16.000 Per Dolar AS Jika BI Tahan Suku Bunga
Pelaku pasar menunggu respons Bank Indonesia setelah Bank Sentral Amerika Serikat The Fed menaikkan suku bunga sebanyak 75 basis poin Rabu kemarin.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pelaku pasar menunggu respons Bank Indonesia (BI) setelah Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed menaikkan suku bunga sebanyak 75 basis poin (bps), Rabu kemarin.
Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, pelaku pasar menanti seberapa tinggi kenaikan suku bunga BI untuk menahan laju keluarnya dana asing akibat langkah The Fed tersebut.
"Jadi, kalau BI bisa mengimbangi kenaikan tingkat suku bunga dari Fed, maka mungkin tidak akan terlalu berimbas terhadap pelemahan rupiah secara berkelanjutan," ujarnya kepada Tribunnews.com, ditulis Kamis (22/9/2022).
Namun, kalau misalnya suku bunga Bank Indonesia naik terlalu kecil atau bahkan menahan tingkat suku bunga di saat Fed rate mengalami kenaikan dampaknya nilai tukar rupiah bisa menuju Rp 16.000 per dolar AS.
"Kalau menahan suku bunga, imbasnya rupiah mungkin bisa melemah hingga 16.000 per dolar-nya. Nah, ini yang perlu jadi perhatian," kata Bhima.
Baca juga: Pagi Ini Rupiah Terkulai Lagi, Kembali Tembus Rp15.000 Per Dolar AS
Menurutnnya, pelemahan nilai tukar rupiah hingga Rp 15.000 per dolar AS ini memang faktor utamanya adalah dari kekhawatiran terhadap kebijakan The Fed.
Baca juga: Harga Minyak Merosot 1 Persen, Terseret Kenaikan Suku Bunga The Fed
"Bank Sentral Amerika Serikat atau Fed akan menaikkan tingkat suku bunga secara agresif. Kalau kenaikannya sampai 100 basis poin, maka memicu pelarian modal secara besar-besaran dari sektor keuangan, dan guncangannya cukup signifikan mempengaruhi kondisi perekonomian Indonesia," pungkas Bhima.