Kenaikan Suku Bunga Acuan Tak Mampu Kerek Rupiah, Posisi Akhir Pekan Rp 15.037 per dolar AS
Otoritas keuangan Bank Indonesia berusaha mengantisipasinya dengan menaikkan suku bunga 50 persen, namun langkah tersebut gagal.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Dalam sepekan ini nilai tukar rupiah jatuh hingga di atas Rp 15.000 per dolar AS.
Kebijakan The Fed yang menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin menjadi penyebabnya.
Otoritas keuangan Bank Indonesia berusaha mengantisipasinya dengan menaikkan suku bunga 50 persen, namun langkah tersebut gagal.
Pada perdagangan Jumat (23/9/2022), di pasar spot, rupiah melemah 0,10 persen ke Rp 15.037 per dolar AS. Selama sepekan, rupiah terkoreksi 0,54%.
Baca juga: Nilai Tukar Rupiah Masih di Atas Rp15.000 per Dolar AS, Pengamat: Hari Ini Berpotensi Makin Melemah
Di kurs referensi Jisdor Bank Indonesia, rupiah melemah 0,01% ke Rp 15.035 per dolar AS. Dalam sepekan terakhir, rupiah tercatat melemah 0,63%.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan pergerakan rupiah pekan ini dipengaruhi gelombang kenaikan suku bunga yang melanda dunia karena inflasi yang tinggi.
Akibat kenaikan suku bunga menimbulkan risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi serta ancaman resesi.
"Pekan ini, dolar AS menguat signifikan setelah kenaikan suku bunga The Fed 75 bps dan akan dilanjutkan hingga akhir tahun," ujar Sutopo kepada Kontan.co.id, Jumat (23/9).
Sutopo memperkirakan, pekan depan pergerakan rupiah cenderung mendatar, namun tidak kemungkinan adanya pelemahan terbatas.
Pekan depan, data ekonomi cenderung sepi, namun perhatian akan tetap tertuju pada krisis energi di Eropa, perlambatan ekonomi China dan geo-politik.
Sementara, Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri mengatakan, sepanjang minggu ini pergerakan rupiah dipengaruhi keputusan dua bank sentral, yakni The Federal Reserve dan Bank Indonesia.
"The Fed memutuskan melanjutkan pengetatan kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps menjadi 3% - 3,25%, yang merupakan level tertingginya sejak tahun 2008, sebagai respons terhadap inflasi AS yang masih berada di level yang tinggi," ujarnya.
Pada Agustus 2022, inflasi AS tercatat sebesar 8,3%, jauh di atas target jangka panjang The Fed yang berada di level 2%.
Baca juga: Pengamat Pasar Uang: Pelemahan Rupiah di Level Rp15.000 Per Dolar Masih Akan Berlanjut
Selain itu, perang Rusia-Ukraina, membuat gangguan rantai pasokan global dan kenaikan harga komoditas dunia telah mendorong inflasi melonjak di berbagai negara termasuk di AS.