Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Pengamat Sebut Kenaikan Harga BBM Tak akan Picu Resesi di Indonesia

Berly Martawardaya menyebut Indonesia tidak memiliki potensi terjerumus ke fase resesi setelah pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi.

Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
zoom-in Pengamat Sebut Kenaikan Harga BBM Tak akan Picu Resesi di Indonesia
TRIBUN JABAR/Gani Kurniawan
Petugas mengisi motor pelanggan dengan bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite di SPBU Jalan Wastukencana, Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (3/9/2022). Pengamat ekonomi sekaligus Direktur Riset Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Berly Martawardaya menyebut Indonesia tidak memiliki potensi terjerumus ke fase resesi setelah pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi. 

TRIBUNNEWS.COM - Pengamat ekonomi sekaligus Direktur Riset Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Berly Martawardaya menyebut Indonesia tidak memiliki potensi terjerumus ke fase resesi setelah pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi.

Menurut Berly, dengan kondisi geopolitik yang masih panas, inflasi akan tetap terjadi karena harga-harga akan meningkat.

Namun ia menyebut Indonesia tidak akan terlalu terjerumus sampai ke tahap resesi.

Hal ini dikarenakan pemerintah telah mengimbangi kenaikan harga BBM dengan menyalurkan sejumlah bantalan sosial, seperti BLT BBM hingga BSU untuk pekerja.

"Geopolitik ketidakpastian akan meningkat sehingga harga-harga dan dorongan inflasi akan makin tinggi dalam enam bulan kedepan, trennya meningkat," ungkap Berly, Jumat (23/9/2022).

Akademisi Ilmu Ekonomi FEB Universitas Indonesia (UI) tersebut mengimbau supaya pemerintah tetap mampu menjaga stabilnya harga kebutuhan pokok.

Baca juga: Tepis Ancaman Resesi, Presiden Targetkan Pertumbuhan Ekonomi 5,3 Persen di RAPBN 2023

Di sisi lain, jika memang inflasi masih terus terjadi, menurutnya Bank Indonesia (BI) harus menaikkan suku bunga acuan.

Berita Rekomendasi

"Karena kalau inflasi tinggi, nilai rupiah secara riil turun, kalau selisih terlalu jauh dengan Dollar atau Euro, capital outflow Rupiah bakal melemah, BI akan terpaksa untuk menaikkan suku bunga," jelas Berly.

Direktur Riset Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) sekaligus Ekonom UI, Berly Martawardaya.
Direktur Riset Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) sekaligus Ekonom UI, Berly Martawardaya. (ist)

Bukan hanya itu, cara lain yang bisa tetap mempertahankan kekuatan ekonomi Indonesia menurutnya adalah dengan terus menjaga aktivitas ekspornya.

"Kita lihat tahun ini, sumber pertumbuhan yang besar adalah ekspor, jadi kalau daya beli barat berkurang, maka ekspor berkurang dan pertumbuhan kita bisa terpengaruh," ungkap Berly.

Baca juga: Cara Cek Penerima BLT BBM: Dari Syarat Hingga Usul Penerima Bansos

Di sisi lain, pengamat isu-isu strategis, Prof Imron Cotan menyebut kebijakan penyesuaian harga BBM yang dilakukan oleh pemerintah merupakan hal yang wajar dan masuk akal.

Pasalnya, keputusan tersebut diambil guna menyesuaikan dengan kondisi geopolitik global yang masih tak kunjung stabil, seperti perang Ukraina dan Rusia.

Dengan adanya gejolak geopolitik itu, Imron menyebut ada dampak pada rantai pasok dunia terutama energi.

Maka dari itu, dengan seluruh ketidakstabilan yang terjadi, Imron menilai penyesuaian harga BBM yang dilakukan pemerintah menjadi beralasan kuat.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas