KITA Forum 2022 Tantang Jiwa Kewirausahaan Anak Muda Lewat Isu Pangan, Energi dan Sampah
Kegiatan ini akan menyediakan ruang pertemuan dan kolaborasi bagi para social entrepreneur, content creators, dan korporasi untuk saling bekerja sama
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - KITA Forum 2022 menantang anak muda dari generasi Z dan U mengasah jiwa kewirausahaan sosialnya melalui beragam kegiatan yang mengusung tiga isu utama yakni energi, pangan dan sampah.
Kegiatan ini akan menyediakan ruang pertemuan dan kolaborasi bagi para social entrepreneur, content creators, dan korporasi untuk saling bekerja sama menjadikan tantangan sebagai kesempatan berkarya.
Kegiatan ini akan berlangsung pada Minggu, 2 Oktober 2022 di Ciputra Artpreneur Lotte Avenue Jakarta dengan menghadirkan narasumber antara lain Hanan Attaki (KITA Barisan Bersama), Umi Waheeda (Nurul Iman), Yanuar Nugroho (Koordinator Tenaga Ahli Sekretariat Nasional SDGs di Kementerian PPN/Bappenas.) dan Silverius Onte (Jauh).
Baca juga: Program Wiki Wirausaha Kadin Ajak UMKM Lokal Lebih Berdaya Saing
Narasumber lainnya adalah Moh Syahrial (Tamaris Hidro), Wida Septarina (Foodbank of Indonesia), Abdul Latif (Kepul.ID), Fahri Reza (Jubelo.ID), dan Jusrian Saubara (Arconesia) dan dipandu oleh host Raffi Ahmad, Rene Suhardono dan Dena Haura serta menghadirkan pula komika kondang Mo Sidik.
Hanan Attaki, Founder KITA mengatakan, forum ini diselenggarakan sekaligus untuk meningkatkan potensi kewirausahaan sosial bagi masyarakat Indonesia, terutama generasi Z dan Y agar bisa membentuk ekosistem bisnis sosial yang baik dan terarah.
"Melalui kegigihan dan kolaborasi bersama, ekosistem ini akan semakin berperan dalam penanganan berbagai masalah sosial dan lingkungan di Indonesia," ujar Hanan Attaki di acara press conference KITA Forum 2022 di Cipete, Jakarta Selatan, Jumat 23 September 2022.
Hanan menjelaskan, pemilihan 3 topik utama yaitu energi, pangan dan sampah didasarkan pada tingkat kepentingan dan kemendesakan bagi bangsa Indonesia.
Di isu energi, sudah menjadi fakta bahwaIndonesia telah bergeser dari negara pengekspor jadi negara pengimpor minyak (net importer). Menurut Hanan, semakin menipisnya energi berbasis fosil, mendorong banyak negara untuk mencari energi terbarukan, termasuk Indonesia.
Saat ini permintaan energi global telah meningkat tiga kali lipat dari tahun 19501. Padahal Indonesia menyimpan begitu banyak sumber energi terbarukan, mulai dari air, angin, geothermal, surya, hingga biomassa.
Namun pemanfaatan energi terbarukan ini masih sangat kecil, kurang dari 3 persen dari potensi energi terbarukan yang ada.
Terkait sampah, Indonesia kiini menjadi kontributor sampah laut kedua terbesar di dunia dan sekitar 70 persen dari bobot sampah yang dihasilkan tersebut adalah sampah makanan yang bernilai Rp 330 triliun per tahun.
Baca juga: Sederet Manfaat Ajarkan Anak Wirausaha Sejak Dini, Jadi Anak Mandiri hingga Bisa Hargai Uang
Pihaknya mengajak para content creator di kegiatan ini dengan mengangkat kepedulian publik atas segala hal yang diperjuangkan oleh social entrepreneur.
Sementara korporasi punya dana dan kedisiplinan menjadikan inisiatif kecil jadi besar, dan hal besar jadi berskala raksasa. "Ketiganya adalah pilar utama ekosistem bisnis sosial yang berkesinambungan," ujarnya.
"Forum ini hadir untuk memberi ruang kepada mereka agar bisa bekerja sama supaya dapat memberikan impact yang lebih besar terhadap isu food, waste dan energy,” kata dia.
Dia mengatakan, forum ini terbuka bagi siapa saja yang ingin menggali potensi kewirausahaan pada dirinya. "Mereka bisa mengambil banyak manfaat untuk mengambil keputusan usaha yang tepat,” ungkapnya.