Macquarie Group: Ledakan Perdagangan China 1 Triliun Dolar AS Tidak akan Hentikan Keruntuhan Yuan
Rasionya relatif tinggi di kuartal pertama tahun ini mencapai 50 persen, namun turun setelah penguncian atau lockdown k
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Grup perbankan investasi Australia Macquarie Group Ltd mengungkapkan meskipun surplus perdagangan China diperkirakan akan mencapai 1 triliun dolar AS tahun ini, namun hal itu tidak cukup untuk mencegah nilai yuan tergelincir terhadap dolar AS.
Melansir dari Bloomberg, sementara surplus perdagangan barang China berada di jalur untuk mencapai rekor tertinggi dalam sejarah dunia, namun eksportir enggan untuk mengubah valuta asing mereka kembali ke yuan karena jatuhnya sentimen bisnis tahun ini, tulis kepala ekonom China di Macquarie Larry Hu.
Hu memperkirakan bahwa tingkat konversi, nilai surplus perdagangan barang China yang dikonversi kembali ke yuan, turun menjadi 36 persen dalam delapan bulan pertama tahun ini, dari 57 persen pada periode yang sama di tahun 2021.
Baca juga: Fakta-fakta Kudeta Militer di China, Rumor Beredar Luas setelah Xi Jinping Pulang dari Uzbekistan
Rasionya relatif tinggi di kuartal pertama tahun ini mencapai 50 persen, namun turun setelah penguncian atau lockdown karena pandemi Covid-19 selama berbulan- bulan di Shanghai awal tahun ini, tambah Hu.
Menurut Macquarie, eksportir kemungkinan bertaruh pada penurunan yuan lebih lanjut di tengah pelemahan ekonomi China.
Para eksportir juga diperkirakan merasa kurang perlu untuk mengubah pendapatan asing mereka menjadi yuan, karena adanya permintaan yang lebih rendah untuk berinvestasi kembali di operasi bisnis mereka dalam mata uang China ini.
Ini berarti surplus barang memainkan peran yang lebih kecil dalam menahan penurunan nilai yuan.
"Meskipun rekor surplus perdagangan tinggi, yuan berada di bawah tekanan depresiasi yang kuat terhadap dolar AS," kata Hu.
Mengingat kekuatan dolar dan kepercayaan bisnis yang lemah, Macquarie memperkirakan yuan akan meluncur ke level 7,15 terhadap dolar AS pada akhir tahun ini, ungkap Hu.
Tingkat konversi perdagangan barang dapat "mengubah permainan" untuk mata uang, ujar Hu.
Jika tidak turun sebanyak kuartal kedua, lonjakan surplus perdagangan barang tahun ini mampu mengimbangi arus keluar dari sumber lain seperti pasar obligasi, tambahnya.
Oleh karena itu, pemerintah China membutuhkan lebih banyak pelonggaran kebijakan Covid-19 untuk menstabilkan yuan, menurut Hu.
"Jika pemulihan ekonomi yang kuat mengarah ke kepercayaan yang lebih tinggi, eksportir kemudian akan mengkonversi lebih banyak dolar ke yuan," ujar Hu.
China telah mengalami lonjakan surplus perdagangan yang baik sejak pandemi, yang sebagian dikarenakan kebijakan nol-Covid yang telah mempertahankan kapasitas pasokan untuk ekspor sambil menekan permintaan domestik dan impor.
Baca juga: Kena Sanksi Ekonomi, Pengusaha Rusia Kini Pakai Yuan dan Bank China untuk Berbisnis
Konsumsi domestik juga melemah akibat krisis properti yang sedang berlangsung, dan keengganan regulator untuk membanjiri perekonomian dengan likuiditas, alih-alih mengandalkan kebijakan industri dan pengeluaran fiskal untuk memacu pertumbuhan.
Namun pertumbuhan ekspor China dapat kehilangan tenaga karena lonjakan inflasi di seluruh dunia dan krisis energi yang telah melemahkan permintaan global.
Ekspor China di bulan Agustus naik pada laju paling lambat sejak April ketika penguncian Shanghai mengganggu pengiriman.