Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Menkeu Ungkap Penyebab Nilai Tukar Rupiah Tembus Rp15.000 Terhadap Dolar AS

Sri Mulyani Indrawati kembali menjelaskan, pasar keuangan global yang sebelumnya sempat mereda kini justru kembali mengalami gejolak.

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Menkeu Ungkap Penyebab Nilai Tukar Rupiah Tembus Rp15.000 Terhadap Dolar AS
HO
Menkeu Sri Mulyani menyebut uang kertas rupiah baru sebuah mata uang yang menggambarkan perjalanan dari bangsa dan negara NKRI. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, penguatan dollar Amerika Serikat (AS) sangat berdampak signifikan terhadap perkembangan nilai tukar seluruh mata uang di dunia, termasuk rupiah.

Sebagai informasi, nilai tukar rupiah merujuk data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, mengalami pelemahan ke level Rp15.119 per dollar AS pada Senin (26/9/2022).

"Dollar indeks mengalami penguatan hingga 110. Kalau dolar menguat lawan mata uang yang lain terutama emerging market, ini (akan berdampak) mengalami depresiasi,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa, Senin (26/9/2022).

Baca juga: Pengamat Nilai Penyesuaian Harga BBM Sudah Tepat, Upaya Pemerintah Menyelamatkan APBN

“Jadi, makin kuat dollar AS, berarti lawan akan semakin lemah," sambungnya.

Sri Mulyani kembali menjelaskan, pasar keuangan global yang sebelumnya sempat mereda kini justru kembali mengalami gejolak.

Salah satu penyebabnya adalah dipengaruhi oleh kebijakan moneter Bank Sentral AS alias the Fed.

Berita Rekomendasi

Sebagai informasi, The Fed kembali menaikkan suku bunga acuannya pada 22 September 2022 sebesar 75 basis poin.

Bahkan The Fed dengan sinyal hawkish-nya, mengisyaratkan kenaikan suku bunga akan terjadi hingga tahun depan.

Hal ini semakin membebani ekonomi dunia bahwa tren suku bunga bakal mendorong AS ke dalam perlambatan pertumbuhan.

“Memasuki akhir Agustus hingga awal September 2022, tekanan (pasar keuangan global) kembali meningkat pasca rilis sejumlah PMI manufaktur yang mengalami pelemahan, ancaman krisis energi Eropa yang semakin meningkat, serta hawkish stance the Fed,” pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas