Nigeria Pertimbangkan Beli Pesawat C919 Buatan China Untuk Maskapai Baru
Nigeria sedang menjajaki kemungkinan membeli pesawat COMAX C919 buatan China yang baru saja disertifikasi untuk menambah armada
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, MONTREAL – Nigeria sedang menjajaki kemungkinan membeli pesawat COMAX C919 buatan China yang baru saja disertifikasi untuk menambah armada dari maskapai baru Nigeria Air.
Dilansir dari Reuters, Minggu (2/10/2022) Menteri Penerbangan Nigeria, Hadi Sirika mengatakan bahwa maskapai tersebut saat ini telah memiliki pesawat buatan Airbus dan Boeing, serta bersedia untuk menambah pesawat berbadan sempit seperti C919 buatan China.
"Kami sedang mempertimbangkan pesawat C919. Jika pesawat itu memiliki kualitas baik, kami akan memesannya," kata Sirika di sela-sela pertemuan tiga tahunan badan penerbangan PBB di Montreal, Kanada.
Pada hari Jumat (30/9), regulator penerbangan China telah mengeluarkan sertifikasi terhadap pesawat berbadan sempit C919 yang dirakit oleh Commercial Aircraft Corporation of China, sebagai perwujudan dari upaya negara itu menuju swasembada di bidang kedirgantaraan.
Baca juga: Hari Ini Citilink Layani Penerbangan dari Bandara Halim Perdanakusuma, Batik dan Wings Air Menyusul
“Pesawat C919 pertama, yang dirancang untuk dapat bersaing dengan Airbus dan Boeing, akan diperkenalkan pada akhir tahun ini,” kata Kantor Berita Xinhua.
Namun, masih belum jelas kapan pesawat itu akan disertifikasi oleh Amerika Serikat atau Eropa. Sementara analis industri penerbangan mengatakan bahwa China akan membutuhkan waktu hingga satu dekade untuk dapat menangani duopoli Boeing dan Airbus.
"China dan Nigeria memiliki hubungan yang sangat ramah, bersahabat dan saling menguntungkan," kata Sirika.
Selama beberapa dekade, China telah memberikan pinjaman miliaran dolar ke Nigeria untuk membangun rel kereta api, pembangkit listrik, dan jalan raya.
Di samping itu, Nigeria juga merupakan importir utama barang-barang China, dengan nilai transaksi mencapai 23 miliar dolar AS pada 2021.