Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Ekosistem Masih Dikembangkan, Mobil Listrik Masih Jadi Barang Mewah

Direktur Utama PT PLN Darmawan Prasodjo tidak memungkiri bahwa mobil listrik (electric vehicle/EV) saat ini masuk dalam kategori barang mewah.

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Ekosistem Masih Dikembangkan, Mobil Listrik Masih Jadi Barang Mewah
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Pengunjung mengendarai mobil listrik saat test drive pada pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2022 di ICE BSD, Tangerang, Banten, Minggu (14/8/2022). GIIAS 2022 menyediakan area test drive indoor untuk kendaraan listrik dan informasi mengenai kelebihan kendaraan bermotor berbasis baterai atau mobil listrik. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

“Layanan paket EV home charging services kami berkolaborasi dengan Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) pabrikan mobil listrik ada Hyundai ada Wuling untuk pemasangan home charging disertai insentif tambah daya atau pasang baru,” urainya.

Darmawan menambahkan bahwa PLN menyediakan paket model waralaba atau franchise untuk SPKLU dan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) melalui produk IO2.

“Sehingga penukaran baterai ini memudahkan dan seharusnya bisa mengakomodir kendaraan listrik untuk penggunaan jarak jauh, karena kalau untuk dalam kota saja seharusnya cukup sekali charge bisa untuk 360 kilometer,” akunya sebagai owner Hyundai Ioniq 3.

Urgensi Transisi Energi

Direktur Pengendalian Pencemaran Udara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Luckmi Purwodari menjelaskan pentingnya transisi energi dari bahan bakar fosil ke listrik.

Menurutnya, tujuan utama meninggalkan bahan bakar fosil untuk menjaga sumber daya minyak yang semakin terbatas.

“Karena fosil ini tidak bisa diperbaharui maka menjadi sangat urgensi untuk kita beralih ke energi baru terbarukan sepert energi listrik,” ungkap Luckmi.

Berita Rekomendasi

Luckmi menambahkan hal kedua yang mengkhawatirkan yakni aspek polusi emisi berdasarkan index kualitas udara nasional.

Dia menjelaskan hasil pemantauan udara di DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur dan seterusnya berada diposisi terendah.

“Kita punya 56 stasiun pemantau otomatis real time, rata-rata DKI Jakarta masuk kategori tidak sehat,” tutur Luckmi.

Kondisi sehat kualitas udara di DKI Jakarta, terangnya, hanya terjadi pada saat awal pandemi 2020 di mana penurunan partikel debu mencapai 20 persen. (Tribun Network/Reynas Abdila)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas