Teknologi Finansial Makin Berkembang, Generasi Muda Perlu Pahami Risiko Investasi Secara Digital
Perencanaan keuangan bisa dimulai dengan membagi pendapatan ke dalam kelompok pengeluaran.
Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM - Teknologi finansial kini semakin berkembang berkat kemajuan internet. Tak hanya untuk kegiatan konsumsi, teknologi finansial juga memberikan kemudahan bagi mereka yang ingin berinvestasi.
Namun sama halnya seperti investasi secara konvensional, investasi secara digital pun juga memiliki risiko.
Maka dari itu, selain dibutuhkan literasi digital, perlu juga membekali diri dengan literasi keuangan yang baik. Demikian yang mengemuka dalam webinar bertema “Perencanaan Keuangan & Investasi Digital bagi Generasi Muda”.
Webinar yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi ini menghadirkan sejumlah narasumber, yakni Senior Product Associate Startup Edukasi Teknologi Akbar Ghifari; dosen Untag Semarang Andhika Nanda Perdhana; dan dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muslim Indonesia Makassar Hadawiah.
Baca juga: SBY Ramal Akan Muncul Triple Crisis, Bagaimana Ekonomi RI dan Pilih Investasi Apa? Ini Kata Ekonom
Dalam webinar tersebut, Akbar Ghifari membawakan materi kecakapan digital dengan tema ‘Perencanaan Keuangan dan Investasi Digital bagi Generasi Muda’. Perkembangan internet dan teknologi finansial saat ini berdampak pada perubahan gaya hidup.
Banyak orang terbawa pada sifat konsumtif karena ingin mengikuti tren, atau sekadar FOMO (tak ingin melewatkan diskon misalnya).
Menurut Akbar, perencanaan keuangan bisa dimulai dengan membagi pendapatan ke dalam kelompok pengeluaran. Kebutuhan dengan porsi 30 persen, keinginan 30 persen, dan tabungan 40 persen. Formulasi ini diharapkan dapat menghindarkan diri dari sifat boros.
“Kita sebagai bagian dari masyarakat Indonesia diharapkan dapat cakap dalam mengoptimalkan penggunaan perangkat digital utamanya sistem transaksi daring agar menjadi masyarakat yang mampu mengelola keuangan dengan baik dan benar,” ucap Akbar, dikutip Senin (17/10/2022).
Terkait budaya digital, Andhika Nanda Perdhana menyampaikan materi dengan judul ‘Menjadi Generasi Cerdas dalam Digitalisasi Keuangan dan Investasi Digital’.
Perkembangan internet dan teknologi finansial menuntut transformasi digital bagi bisnis. Mengapa? Seiring perubahan gaya hidup akibat internet, harapan pelanggan pun berkembang. Menginginkan layanan yang lebih baik, lebih praktis, dan lebih mudah. Perkembangan teknologi juga memunculkan banyak kompetitor baru.
Salah satu yang jadi pilihan para pelaku bisnis kemudian adalah terjun atau berjualan di e-market.
“Namun sebelum memulai, pahami dulu kecakapan media digital. Manfaatkan e-market untuk ekspansi bisnis. Tak lupa, senantiasa waspada atas keamanan data dan transaksi Anda,” ujar Andhika.
Pada sesi terakhir, DR. Hadawiah menerangkan materi kecakapan digital dengan tema ‘Kecakapan Digital dalam Investasi’. Ada banyak alasan orang memanfaatkan internet untuk bisnis.
Beberapa diantaranya yaitu biaya promosi bisa ditekan, akses pasar lebih luas, koordinasi lebih efisien, dan transaksi lebih praktis. Sama halnya dengan bisnis, berinvestasi secara daring kini juga jadi pilihan karena kemudahannya.
Baca juga: Maruf Amin: Investasi Jadi Tulang Punggung Perekonomian, Buka Lapangan Kerja dan Topang Pembangunan
Beberapa instrumennya sebut saja danareksa, saham, P2P lending, dan emas. Bagi pemula, yang perlu diperhatikan sebelum berinvestasi adalah menetapkan tujuan. Selanjutnya mengatur pendapatan dan pengeluaran. Gunakan uang dingin untuk investasi. Pahami risiko dari setiap instrumen investasi.
“Manfaat berinvestasi diantaranya menambah aset, terhindar dari utang, persiapan dana pensiun, dan menuju kebebasan finansial,” ucapnya.