Inflasi Jepang Capai 3 Persen di September, Tertinggi Sejak 2014
BOJ telah berjanji akan mempertahankan suku bunga rendah, berbeda dengan bank sentral lain yang memperketat kebijakan moneternya.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Harga konsumen inti Jepang melaju ke level tertinggi sejak 2014, mencapai 3,0 persen di September karena kemerosotan mata uang yen ke posisi terendah dalam 32 tahun telah menekan biaya impor.
Data inflasi menyoroti persoalan yang dihadapi Bank of Japan (BOJ) saat mencoba menopang ekonomi yang lemah dengan mempertahankan suku bunga ultra-low, yang memicu penurunan yen yang tidak diinginkan.
Dikutip dari Reuters, kenaikan indeks harga konsumen inti, yang tidak termasuk makanan segar tetapi mencakup harga bahan bakar, sesuai dengan perkiraan pasar median dan mengikuti kenaikan 2,8 persen pada Agustus. Namun angka itu di atas target 2,0 persen BOJ untuk bulan keenam, dan merupakan laju kenaikan tercepat sejak September 2014, menurut data yang dirilis hari ini, Jumat (21/10/2022).
Baca juga: Bank Indonesia Sebut Inflasi Oktober 2022 Bakal Lebih Terkendali
"Kenaikan harga saat ini sebagian besar didorong oleh kenaikan biaya impor daripada permintaan yang kuat. Gubernur Kuroda dapat mempertahankan kebijakan untuk sisa masa jabatannya hingga April, meskipun kuncinya adalah apakah pemerintah akan mentolerir itu," kata kepala ekonom di Lembaga Penelitian Norinchukin, Takeshi Minami.
Data inflasi bulan September meningkatkan kemungkinan BOJ akan merevisi perkiraan inflasi konsumen dan perkiraan kuartalan baru yang akan dirilis pada pertemuan minggu depan, kata para analis.
Penurunan yen sangat menyakitkan bagi Jepang karena ketergantungannya yang besar terhadap impor bahan bakar dan sebagian besar bahan mentah, memaksa perusahaan menaikkan harga untuk berbagi barang termasuk ayam goreng, coklat hingga roti.
Baca juga: Jaga Rupiah dan Inflasi, Bank Indonesia Kembali Naikan Suku Bunga Acuan Menjadi 4,75 persen
Dengan inflasi Jepang yang masih moderat dibandingkan dengan kenaikan harga yang terlihat di negara ekonomi besar lainnya, BOJ telah berjanji akan mempertahankan suku bunga rendah, berbeda dengan bank sentral lain yang memperketat kebijakan moneternya.
Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda menekankan, perlunya fokus untuk mendukung ekonomi sampai pertumbuhan upah cukup meningkat untuk mengimbangi kenaikan biaya hidup.
Data CPI September menunjukkan harga barang naik 5,6 persen secara year-on-year, dan harga jasa naik 0,2 persen yang menjadi tanda bagaimana inflasi Jepang sebagian besar masih didorong oleh faktor pendorong biaya.
"Inflasi konsumen kemungkinan akan melambat pada 2023. Jika demikian, perubahan apa pun pada kebijakan moneter BOJ yang mudah akan menjadi kecil bahkan di bawah perubahan kepemimpinan bank tahun depan," kata kepala ekonom pasar di Mizuho Securities, Yasunari Ueno.
Masa jabatan Kuroda akan berakhir pada April tahun depan, sedangkan masa jabatan dua wakil gubernurnya berakhir pada Maret 2023.