Penerapan Ekonomi Sirkular dengan Konsep 5R di Industri Petrokimia Terus Digaungkan
Ignatius Warsito, menjelaskan konsep reduce akan mengurangi penggunaan material berlebih dan energi dengan melakukan efisiensi bahan baku dan energi
Penulis: Lita Febriani
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Perindustrian mengakselerasi industri petrokimia menerapkan prinsip ekonomi sirkular dengan konsep 5R, yakni reduce, reuse, recycle, refurbish dan renew.
Plt. Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian Ignatius Warsito, menjelaskan konsep reduce akan mengurangi penggunaan material berlebih dan energi dengan melakukan efisiensi bahan baku dan energi.
Konsep reuse adalah menggunakan bersama-sama aset yang ada secara berulang-ulang, antara lain dengan penggunaan sistem utilitas bersama dalam satu kawasan. Sedangkan, recycle itu menggunakan kembali material yang ada.
Baca juga: Proyek Investasi Petrokimia Naik 50 Miliar Dolar AS Hingga 2030, Kemenperin Siapkan SDM Kompeten
Konsep refurbish adalah memanjangkan daur hidup material atau menggunakan material yang sudah tidak terpakai menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat, seperti mendorong penggunaan waste sebagai energi alternatif untuk industri. Selanjutnya, renew itu memproritaskan penggunaan energi dan material terbarukan.
"Saat ini efisiensi energi sudah menjadi hal yang tidak asing di industri padat energi, seperti industri petrkomia. Dalam hal ini, untuk industri petrokimia, study case pada industri pupuk yang dapat dijadikan best practice, antara lain adalah upaya substitusi sumber panas dari high pressure steam (HPS) ke medium pressure steam (MPS) pada pengering saringan molekuler," tutur Warsito, Jumat (21/10/2022).
Selain itu, mengganti teknologi exhaust processing dari metode Cryogenic ke Permeable Membrane, melakukan optimasi gas buang (tail gas) sebagai bahan bakar dan meningkatkan isolasi reformer atau reactor eksotermis.
Tren sirkular ekonomi juga dapat berdampak pada berkurangnya permintaan virgin polymer global.
Beberapa perusahaan sudah berkomitmen untuk mengurangi penggunaan plastik (virgin).
"Hal ini mendorong industri petrokimia untuk mampu beradaptasi dan membangun strategi jangka panjang yang dapat mengintegrasikan bisnis model sirkular ekonomi ke dalam proses yang ada saat ini," terangnya.
Baca juga: Petrokimia-Kemenperin Luluskan 40 Peserta Magang Vokasi Setara D1
Langkah yang tidak kalah pentingnya adalah penggunaan energi dan material terbarukan. Dalam hal ini, industri petrokimia harus mampu menjawab permintaan pasar global terkait penggunaan energi terbarukan dan material yang ramah lingkungan.
Misalnya, permintaan untuk mensubstitusi sebagian plastik konvensional dengan bioplastic yang dapat dikembangkan melalui RnD material yang mampu terdegradasi secara alami (bio-degradable).
"Bahkan, penggunaan energi terbarukan dapat dilakukan di sektor industri petrokimia untuk mensubstitusi penggunaan listrik yang bersumber dari energi fosil," ucap Warsito.