S&P Prediksi Asia-Pasifik Bakal Pimpin Pertumbuhan Ekonomi Global pada 2023
S&P Global Market Intelligence memprediksi perekonomian di negara-negara Asia-Pasifik akan mendominasi pertumbuhan ekonomi global di 2023.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Choirul Arifin
![S&P Prediksi Asia-Pasifik Bakal Pimpin Pertumbuhan Ekonomi Global pada 2023](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/sp-global-market-intelligence-__.jpg)
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Perusahaan penyedia data keuangan S&P Global Market Intelligence memprediksi perekonomian di negara-negara Asia-Pasifik akan mendominasi pertumbuhan ekonomi global di 2023.
S&P memperkirakan pertumbuhan ekonomi kawasan itu akan mencapai sekitar 3,5 persen pada 2023, sementara Eropa dan AS kemungkinan akan menghadapi resesi.
“Asia Pasifik, yang menghasilkan 35 persen dari PDB dunia, akan mendominasi pertumbuhan global pada 2023, didukung oleh perjanjian perdagangan bebas regional, rantai pasokan yang efisien, dan biaya yang kompetitif,” kata S&P dalam sebuah laporan, yang dikutip dari CNBC.
Perusahaan ini memangkas perkiraan pertumbuhan PDB riil global sebesar 0,6 poin presentase dari proyeksi di bulan lalu sebesar 2 persen. S&P memprediksi pertumbuhan PDB global sebesar 1,4 persen di tahun depan.
Proyeksi tersebut lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi global di 2021 yang mencapai 5,9 persen, bahkan lebih lambat dari 2,8 persen pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan S&P untuk tahun ini.
Sementara pandangan negatif di luar kawasan Asia-Pasifik akan membayangi ekonomi global secara keseluruhan, S&P memperkirakan ekonomi global kemungkinan dapat menghindari resesi langsung.
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Korea Selatan Mengalami Perlambatan di Kuartal Ketiga 2022
“Dengan pertumbuhan moderat di Asia-Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika, ekonomi dunia dapat menghindari penurunan, tetapi pertumbuhan akan minimal,” kata direktur eksekutif riset ekonomi di S&P Global Market Intelligence, Sara Johnson.
Kondisi ekonomi global terus memburuk "karena inflasi tetap tinggi dan kondisi pasar keuangan yang mengetat", kata Johnson.
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diprediksi Membaik, Sektor Ritel Jadi Penopang
Dia menambahkan, negara-negara Eropa, Amerika Serikat, Kanada dan sebagian Amerika Latin kemungkinan akan mengalami resesi dalam beberapa bulan mendatang.
Ekonomi di Eropa dan Amerika Utara, yang menyumbang lebih dari setengah output global, kemungkinan akan menghadapi resesi pada akhir 2022 dan awal 2023, kata S&P.
“Inflasi yang sangat tinggi menguras daya beli dan akan menyebabkan penurunan belanja konsumen. Baik Eropa dan Amerika Utara akan menghadapi dampak dari melemahnya permintaan dan pengetatan kondisi keuangan di pasar perumahan dan investasi modal," kata perusahaan itu.
Baca juga: BI Prediksi Sepanjang Tahun 2022 Pertumbuhan Ekonomi Capai 5,3 Persen
S&P mengatakan perkiraan kontraksi di AS dan Eropa kemungkinan akan memiliki efek ke seluruh dunia melalui perdagangan dan aliran modal.
Fitch Ratings juga memperkirakan ekonomi AS akan memasuki “wilayah resesi asli” pada kuartal kedua tahun 2023, meskipun dikatakan akan relatif ringan menurut standar historis.
“Resesi yang diproyeksikan sangat mirip dengan 1990-1991, yang mengikuti pengetatan Fed yang sama cepatnya pada 1989-1990. Namun demikian, risiko penurunan berasal dari rasio utang terhadap PDB nonfinansial, yang sekarang jauh lebih tinggi daripada pada 1990-an,” kata kepala ekonomi regional AS di Fitch Ratings, Olu Sonola.
Sedangkan negara-negara Asia Tenggara dan India akan mendapat manfaat dari diversifikasi perdagangannya yang "jauh dari China", menurut S&P.
Dalam masa volatilitas pasar, India telah diuntungkan karena memiliki ekonomi outlier dan pertumbuhan ekonominya relatif kuat.
Sementara China telah kehilangan dominasi manufaktur dan ekspornya, yang secara signifikan didorong oleh kebijakan nol-Covid-nya.
Mengingat ekspektasinya terhadap moderasi inflasi dan pelonggaran kebijakan moneter di tahun-tahun mendatang, S&P mengatakan pihaknya memperkirakan PDB riil global akan meningkat menjadi 2,8 persen dan 3,0 persen masing-masing di tahun 2024 dan 2025.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.